“Tidak
usah tetapi. Tidak perlu berdebat hal yang tidak berguna! Aku hanya ingin
bertanya sesuatu hal kepadamu. Tolong jawablah sejujurnya !”
“Ya
ustadz. Tentang apa ustadz ?”
“Apakah
kamu mempunyai Ilmu Laduni ?”
“Apa
Tuan Ustadz ? Ilmu Laduni ?” Tanya balik Romi dengan nada sangat
heran.
“Betul.
Ilmu Laduni.”
“Apa
itu Ilmu Laduni ustadz ?”
“Sebuah
Ilmu dimana santri tanpa belajarpun bisa atau pandai.”
“Tuan
Ustadz, aku santri yang banyak dosa ustadz. Dibanding santri yang lain aku
adalah santri yang lebih banyak dosanya. Aku sering tulul amal
(panjang angan - angan). Aku ingin segera bisa memahami berbagai ilmu yang ada
diajarkan di pesantren ini. Aku ingin bisa mengembangkan pesantren yang telah
dirintis abahku. Sehingga lebih banyak pemuda – pemuda sekitar yang bisa aku
tampung dan bimbing di pesantren kami nantinya Ustadz. Karena itu aku setiap
malam belajar. Hanya mungkin mereka tidak tahu kalau aku belajar. Aku kadang
masih juga berfikir tentang mar’ah jamilah (wanita cantik) yang
aku dambakan ustadz. Aku kadang juga berfikir masalah harta atau ekonomi.
Kadang aku masih juga gosob (pinjam tanpa ijin) sandal santri
yang lain usatzd. Itu jelas – jelas dosa ustadz. Mana mungkin orang sepertiku
bisa memperoleh Ilmu Laduni. Jelas itu hal yang mustahil ustadz.”
“Aku
tidak pernah mengetahui kamu belajar tekun setiap malam. Aku hanya tahu bahwa
kamu setiap setelah sesai sholat fardlu selalu wiridan (berdoa)
lama dimasjid. Mungkin dari itulah kamu
mendapatkan Ilmu Laduni itu.”
“He
he he. Bukan ustadz. Memang setelah selesai sholat aku biasa duduk berlama –
lama di masjid. Ketika aku duduk lama itu, tidak sepanjang duduk itu aku berdo’a.
Setelah berdo’a aku belajar sambil duduk ustadz. Tapi kadang aku melakukan dosa
pula ustadz.”
“Apakah
dalam duduk wiridanmu kamu juga bisa melakukan dosa? Apakah kamu bisa juga belajar
tanpa kitab? Hebat…hebat … hebat. Santri yang hebat. Itulah Ilmu Laduni.
Belajar tanpa kitabpun bisa.” Sanjung Ustadz Zain kekaguman.
Romli
diam mendengarkan sanjungan itu. Ia malu terhadap sanjungan gurunya itu. Ia
ingin menjelaskan kepada ustadz yang terkenal tampan dan sopan itu. Tetapi
ketika ia menoleh kekiri dan kekanan banyak kawan santri yang lain ia
mengurungkan niatnya. Ia mencarai cara untuk bisa menerangkan tanpa harus diketahui
santri yang lain. Tetapi buntu. Ia tidak menemukan cara yang tepat.
Ia
ingat sore tadi telah melipat tikar dan di tindih bantal. Seketika itu ia
mendapatkan cara untuk bisa menerangkan cara belajarnya. Ia segera mengambil
tikar dan bantal itu. Tikar dan bantal tersebut ditaruh dipangkuannya.
“Maaf
ustadz ! Bukankah memikir wanita cantik itu termasuk “zina” ?. Bukankah
itu zina pikiran ustadz ? Bukankah itu dosa ustadz ? Kalau ustadz tidak
keberatan mari kita keluar sebentar ! Biar aku terangkan cara belajarku setiap
malam dan setiap hari.”
“Betul
itu zina. Betul itu dosa. Tetapi itu menurut pandangan para ahli sufi Romi.
Bukan pandangan ahli syar’i. Masalah menerangkan cara belajar kenapa harus
keluar ? Tidakkah bisa diterangkan disini saja ?”
“Bisa
juga diterngkan disini, tetapi kurang pas ustadz. Aku malu sama kawan santri
yang lain dikamar ini ustadz..”
“Ooo…
Kalau begitu ayolah !”
Romi
berdiri sambil mengepit tikar dan bantal diketiaknya. Sebelum keluar ia
menebarkan salam melempar senyum manisnya kearah kawan – kawan santri
sekamarnya. Tidak lupa ia minta maaf, karena meninggalkan mereka untuk
keperluan menerangkan cara belajarnya. Yang sebenarnya kawan – kawannya ingin
tahu juga tentang cara belajar dirinya. Tapi ia tidak ingin rahasia ini
diketahui oleh kawan – kawan sekamar bahkan kawan se pesantrennya. Takut hari –
hari berikutnya dibuntuti kawan sekamarnya. Takut ia tidak bisa belajar dengan
tenang lagi. Kemudian ia melangkah keluar. Ia berjalan menuju kearah jalan
raya.
Ustadz
Zain heran, melihat tingkah santrinya yang satu ini. Kenapa harus keluar kamar
kalau hanya sekedar mau menerangkan tentang cara belajarnya. Kenapa mesti memabawa
tikar dan bantal. Namun ia hanya bisa mengikuti langkah – langkah santri yang
di kaguminya itu dengan penuh tanda tanya.
_________________________
Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!