Permintaan
kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakinÿ meningkat,
menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga
minyak untuk mengurangi sudsidi yang harus ditanggung oleh APBN. Yang menjadi
pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah kita tidak bisa hidup tanpa
menggunakan bahan bakar minyak tersebut. Ternyata tidak demikian. Sumber energi
alternatip telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah
satunya adalah Biogas.
Teknologi biogas
sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru. Berbagai negara telah mengaplikasikan
teknologi ini sejak puluhan tahun yang lalu seperti petani di Inggris, Rusia
dan Amerika serikat. Sementara itu di Benua Asia, India merupakan negara
pelopor dan pengguna biogas sejakÿ tahun 1900 semasa masih dijajahÿ Inggris,
negara tersebut mempunyai lembaga khusus yang meneliti pemanfaatan limbah
kotoran ternak yang disebut Agricultural Research instututeÿ
dan Gobar Gas Research Station, Lembaga tersebut pada tahun 1980 sudah mampu
membangun instalasi biogas sebanyak 36.000 unit. Selain negara negara tersebut
diatas, Taiwan, Cina, Korea juga telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai
bahan baku pembuatan biogas.
Jika kitaÿ
menggantungkan terus pada Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas sebagai energi utama
tanpa mencari alternatip lain maka beban hidup akan semakin berat terutama
masyarakat kecil pedesaan padahal ada alternatip yang mudah dengan membuat
biogas dari kotoran ternak. Pemerintah sudah saatnya mengalokasikan sebagian
dari pengurangan subsidi BBM untuk mengembangkan biogas dari kotoran ternak
keseluruh pelosak pedesaan.
Sudah saatnya
pula kita berfikir dan berusaha mengembangkan kreatifitas untuk mengembangkan
energi alternatip dari kotoran ternak, karena sudah banyak hasil penelitian
ilmiah yang berhasil. Kegiatan yang harus kita lakukan sekarang adalah
mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk kepentingan masyarakat. Usaha
ini juga harus didukung dengan mengubah pola pikir masyarakat untuk menerima
kehadiran teknologi baru.
HASIL SAMPINGAN TERNAK
Ternak sapi,
kerbau, kuda, ayam petelur, kambing banyak dipelihara oleh masyarakat pedesaan
sebagai usaha sampingan selain bercocok tanam. Limbah dari usaha tersebutÿ
berupa limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, kulit
telur, lemak, darah, bulu, kuku dan lain lainnya. Volume dan jenis limbah
tergantung pada jenis dan banyaknya ternak yang dipelihara. Feses, urine, sisa
makanan yang merupakan limbah utama dari ternak selama ini oleh masyarakat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pemanfaatan Limbah ternak selama ini belum
optimal, karena sebelum kotoran ternak itu dijadikan pupuk organik terlebih
dahulu dapat diproses untuk menghasilkan biogas dimana gas itu dapat digunakan
untuk memasak menggantikan minyak tanah ataupun gas LPG.ÿ
Disisi lain,
peternakan juga menjadi penyebab timbulnya pencemaran air, bau tak sedap,
mengganggu pemandangan dan bahkan sebagai sumber penyakit. Kita ingat belum
lama ini dengan timbulnya wabah flu burung. Dengan adanya teknologi biogas
seluruh permasalahan lingkungan akibat pencemaran dapat dikurangi.
PRINSIP
PEMBUATAN BIOGAS
Prinsip
pembuatan biogas adalahÿ adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah
berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas
inilah yang disebut biogas.
Proses
dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri
metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55øC, dimana pada suhu
tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal.
Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang
terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel : Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak
dengan sisaÿÿ pertanian
Jenis gas
|
Biogas
|
|
Kotoran sapi
|
Campuran kotoran + sisa pertanian
|
|
Metan (CH4)
|
65,7
|
54 - 70
|
Karbon dioksida (CO2)
|
27,0
|
45 - 57
|
Nitrogen (N2)
|
2,3
|
0,5 - 3,0
|
Karbon monoksida (CO)
|
0
|
0,1
|
Oksigen (O2)
|
0,1
|
6,0
|
Propena (C3H8)
|
0,7
|
-
|
Hidrogen sulfida(H2S)
|
-
|
sedikit
|
Nilai kalor (kkal/m2)
|
6513
|
4800 - 6700
|
Sumber: Harahap, dkk (1978)
MEMBANGUN INSTALASI BIOGAS
Bangunan utama
dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan
hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling
banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana
pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya
digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaÿ biogas
yang diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat
digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral,
bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Gambar: Unit pengolahan kotoran sapi menjadi biogas
Gambar: Unit pengolahan kotoran sapi menjadi biogas
Lokasi yang akan
dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung
disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung
sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan
pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah
pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas dengan
langkah langkah sebagai berikut:
1. Mencampur kotoran sapi
dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung
sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester
2. Mengalirkan lumpur
kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang
ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada
didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur
kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan
starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari
rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2.
Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang
pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas
CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas
metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4
54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
5. Pada hari ke-14 gas yang
terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan
lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang
selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga
dihasilkan biogas yang optimal
Pengolahan
kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga
mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk
organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan
terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
_______________________
Assalamu'alaikum...terima kasih artikelnya..
BalasHapus