l. Dari Alqamah bin
Waqash al-Laitsi, ia berkata, "Saya mendengar Umar ibnul Khaththab r.a.
(berpidato 8/59) di atas mimbar, 'Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda,
'(Wahai manusia), sesungguhnya amal-amal itu hanyalah dengan niatnya (dalam satu
riwayat: amal itu dengan niat 6/118) dan bagi setiap orang hanyalah sesuatu yang
diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya (kepada Allah dan Rasul Nya, maka
hijrahnya kepada Allah dan Rasul Nya. Dan, barangsiapa yang hijrahnya 1/20)
kepada dunia, maka ia akan mendapatkannya. Atau, kepada wanita yang akan
dinikahinya (dalam riwayat lain: mengawininya 3/119), maka hijrahnya itu kepada
sesuatu yang karenanya ia hijrah."
2. Aisyah r.a.
mengatakan bahwa Harits bin Hisyam r.a. bertanya kepada Rasulullah saw., "Wahai
Rasulullah, bagaimana datangnya wahyu kepada engkau?" Rasulullah saw. menjawab,
"Kadang-kadang wahyu itu datang kepadaku bagaikan gemerincingnya lonceng, dan
itulah yang paling berat atasku. Lalu, terputus padaku dan saya telah hafal
darinya tentang apa yang dikatakannya. Kadang-kadang malaikat berubah rupa
sebagai seorang laki-laki datang kepadaku, lalu ia berbicara kepadaku, maka saya
hafal apa yang dikatakannya." Aisyah r.a. berkata, "Sungguh saya melihat beliau
ketika turun wahyu kepada beliau pada hari yang sangat dingin dan wahyu itu
terputus dari beliau sedang dahi beliau mengalirkan keringat"
3. Aisyah r.a.
berkata, "[Adalah 6/871] yang pertama (dari wahyu) kepada Rasulullah saw. adalah
mimpi yang baik di dalam tidur. Beliau tidak pernah bermimpi melainkan akan
menjadi kenyataan seperti merekahnya cahaya subuh. Kemudian beliau gemar
bersunyi. Beliau sering bersunyi di Gua Hira. Beliau beribadah di sana, yakni
beribadah beberapa malam sebelum rindu kepada keluarga beliau, dan mengambil
bekal untuk itu. Kemudian beliau pulang kepada Khadijah. Beliau mengambil bekal
seperti biasanya sehingga datanglah kepadanya (dalam riwayat lain disebutkan:
maka datanglah kepadanya) kebenaran. Ketika beliau ada di Gua Hira, datanglah
malaikat (dalam nomor 8/67) seraya berkata, 'Bacalah!' Beliau berkata, 'Sungguh
saya tidak dapat membaca. Ia mengambil dan mendekap saya sehingga saya lelah.
Kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, saya berkata,
'Sungguh saya tidak dapat membaca:' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang
kedua kalinya, kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka,
saya berkata, 'Sungguh saya tidak bisa membaca' Lalu ia mengambil dan mendekap
saya yang ketiga kalinya, kemudian ia melepaskan saya. Lalu ia membacakan,
"Iqra' bismi rabbikalladzi khalaq. Khalaqal insaana min'alaq. Iqra' warabbukal
akram. Alladzii 'allama bil qalam. 'Allamal insaana maa lam ya'lam. 'Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar
manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. Lalu Rasulullah saw. pulang dengan membawa ayat itu dengan
perasaan hati yang goncang (dalam satu riwayat: dengan tubuh gemetar). Lalu,
beliau masuk menemui Khadijah binti Khuwailid, lantas beliau bersabda,
'Selimutilah saya, selimutilah saya!' Maka, mereka menyelimuti beliau sehingga
keterkejutan beliau hilang. Beliau bersabda dan menceritakan kisah itu kepada
Khadijah, 'Sungguh saya takut atas diriku.' Lalu Khadijah berkata kepada beliau,
'Jangan takut (bergembiralah, maka) demi Allah, Allah tidak akan menyusahkan
engkau selamanya. (Maka demi Allah), sesungguhnya engkau suka menyambung
persaudaraan (dan berkata benar), menanggung beban dan berusaha membantu orang
yang tidak punya, memuliakan tamu, dan menolong penegak kebenaran.' Kemudian
Khadijah membawa beliau pergi kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza
(bin Qushai, dan dia adalah) anak paman Khadijah. Ia (Waraqah) adalah seorang
yang memeluk agama Nasrani pada zaman jahiliah. Ia dapat menulis tulisan Ibrani,
dan ia menulis Injil dengan bahasa Ibrani (dalam satu riwayat: kitab berbahasa
Arab. dan dia menulis Injil dengan bahasa Arab) akan apa yang dikehendaki Allah
untuk ditulisnya. Ia seorang yang sudah sangat tua dan tunanetra. Khadijah
berkata, Wahai putra pamanku, dengarkanlah putra saudaramu!' Lalu Waraqah
berkata kepada beliau, Wahai putra saudaraku, apakah yang engkau lihat?' Lantas
Rasulullah saw: menceritakan kepadanya tentang apa yang beliau lihat. Lalu
Waraqah berkata kepada beliau, 'Ini adalah wahyu yang diturunkan Allah kepada
Musa! Wahai sekiranya saya masih muda, sekiranya saya masih hidup ketika kaummu
mengusirmu....' Lalu Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah mereka akan mengusir
saya?' Waraqah menjawab, 'Ya, belum pernah datang seorang laki-laki yang
(membawa seperti apa yang engkau bawa kecuali ia ditolak (dalam satu riwayat:
disakiti / diganggu). Jika saya masih menjumpai masamu, maka saya akan
menolongmu dengan pertolongan yang tangguh.' Tidak lama kemudian Waraqah
meninggal dan wahyu pun bersela, [sehingga Nabi saw. bersedih hati karenanya -
menurut riwayat yang sampai kepada kami[1] - dengan kesedihan yang amat dalam yang karenanya
berkali-kali beliau pergi ke puncak-puncak gunung untuk menjatuhkan diri dari
sana. Maka, setiap kali beliau sudah sampai di puncak dan hendak menjatuhkan
dirinya, Malaikat Jibril menampakkan diri kepada beliau seraya berkata, 'Wahai
Muhammad, sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah yang sebenarnya.' Dengan
demikian, tenanglah hatinya dan mantaplah jiwanya. Kemudian beliau kembali
pulang. Apabila dalam masa yang lama tidak turun wahyu, maka beliau pergi ke
gunung seperti itu lagi. Kemudian setelah sampai di puncak, maka Malaikat Jibril
menampakkan diri kepada beliau seraya berkata seperti yang dikatakannya pada
peristiwa yang lalu - 6/68]." [Namus (yang di sini diterjemahkan dengan Malaikat
Jibril) ialah yang mengetahui rahasia sesuatu yang tidak diketahui oleh orang
lain 124/4].
4. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw. adalah orang yang paling suka berderma [dalam kebaikan 2/228], dan paling berdermanya beliau adalah pada bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpai beliau. Ia menjumpai beliau pada setiap malam dari [bulan 6/102] Ramadhan [sampai habis bulan itu], lalu Jibril bertadarus Al-Qur'an dengan beliau. Sungguh Rasulullah saw. adalah [ketika bertemu Jibril - 4/81] lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang dilepas."
4. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw. adalah orang yang paling suka berderma [dalam kebaikan 2/228], dan paling berdermanya beliau adalah pada bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpai beliau. Ia menjumpai beliau pada setiap malam dari [bulan 6/102] Ramadhan [sampai habis bulan itu], lalu Jibril bertadarus Al-Qur'an dengan beliau. Sungguh Rasulullah saw. adalah [ketika bertemu Jibril - 4/81] lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang dilepas."
Catatan
Kaki:
[1] Saya (Al-Albani) berkata, "Yang berkata, 'Menurut riwayat yang sampai kepada kami" adalah Ibnu Syihab az-Zuhri, perawi asli hadits ini dari Urwah bin Zubair dari Aisyah. Maka, perkataannya ini memberi kesan bahwa tambahan ini tidak menurut syarat Shahih Bukhari, karena ini dari penyampaian az-Zuhri sendiri, sehingga tidak maushul, sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh dalam Fathul Bari. Karena itu, harap diperhatikan!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!