Selasa, 17 April 2012

KISAH HIDUP IMAM MALIK BIN ANAS (93-179 H)

  1. Kelahiran Imam Malik
Imam Malik Bin Anas adalah imam madzhab yang kedua. Ia lahir 13 tahun setelah lahirnya Abu Hanifah. Beliau dikenal sebagai imam “Darul Hijrah” (madinah munawaroh) dan “Imam Hijaz”. Ia termasuk tabiin yang menjadi referensi para ahlu fikih dimadinah. Ia hidup selama kurang lebih 70 tahun.

Beliau lahir dimasa pemerintahan Walid Bin Abdul Malik Al Umawy dan wafat dimasa Harun Al Rasyid Al Abbasy. Ia juga semasa dengan Abu Hanifah. Ia hidup didua era pemerintahan, Daulah Umayyah Dan Abbasiyah.
Imam Malik lahir disebuah desa bernama “Dzul Marwah”, sebelah utara Madinah. Nama lengkapnya adalah Malik Bin Anas Bin Abu Amir Bin Amr Bin Ghaiman Bin Khatsil Bin Amr Bin Harits.
Ibu Imam Malik bernama Ghaliyah Binti Syarik Bin Abdurrahman Bin Syarik Al Azdiyah. Keluarga Imam Malik dikenal sangat memperhatikan hadits dan fatwa.
  1. Masa Pertumbuhan
Imam Malik mulai menghafal Quran kemudian Hadits, karena kekuatan menghafalnya sangat tinggi. Suatu hari ia mendengar 30 hadits dari Ibnu Syihab, semua dapat dipahaminya kecuali satu.
Pada mulanya Imam Malik menyukai nyanyian musik, kemudian ibunya menasihatinya, “Anakku, jika penyanyi itu berwajah jelek maka orang-orang tak akan tertarik. Tinggalkanlah nyanyian dan pelajarilah fikih.” Sebenarnya ibunya hanya memalingkan perhatiannya dari musik, sebab beliau memiliki wajah yang sangat tampan.
Ilmu yang didapati Imam Malik antara lain hadits, bantahan terhadap pengikut hawa nafsu, fatwa-fatwa shahabat, fikih tentang pendapat. Ia lihai dalam menuntut ilmu, sampai-sampai Ibnu Uyainah berkomentar, “Tak pernah aku lihat seseorang yang lihai dalam mencari ilmu melebihi malik.
  1. Guru-guru Imam Malik
Imam Malik sering mengunjungi para syaikh, sehingga imam nawawi mencatat dalam kitamnya “Tahdzibul Asma’ Wal Lughat” bahwa ia berguru pada 900 syaikh, 300 dari tabiin dan 600 dari tabiut tabiin. Diantara guru-gurunya adalah:
1.    Rabiah Bin Abi Abdurrahman
2.    Nafi’, Budak Abdullah Bin Umar
3.    Ja’far Muhammad Al Baqir
4.    Muhammad Bin Muslim Az Zuhri
5.    Abdurrahman Bin Dzakwan
6.    Yahya Bin Saad Al Anshary
7.    Abu Hazim Salamah Bin Dinar
8.    Muhammad Bin Munkadir Abdullah Bin Dinar
  1. Perhatian Imam Malik Terhadap Hadits Nabi Saw
Imam Malik adalah seorang ahli hadits, sanadnya paling shahin diantara para ulama hadits, sehingga ia ditetapkan sebagai orang yang tsiqat (terpercaya), adil  dan dzabit (cermat). Ia jeli dalam memilih orang bahkan tidak ada seorang pun yang mencelanya dalam hal ini. Sufyanpun berkata, “Malik sangat jeli dalam mengoreksi rawi. Ibnu Madini berkomentar, “Saya tidak pernah tahu malik membiarkan seorangpun yang menjadi perbincangan. Imam Syafii berkomentar, “Bila Malik ragu dalam suatu hadits, ia tinggalkan.
Imam Malik tidak mudah mempewroleh kedudukan ini sebab ia berkata sendiri, “Saya menulis dengan tanganku 100.000 hadits.”
  1. Imam Malik Mulai Mengajar
Imam Malik banyak memahami ilmu, mengahfal hadits dan memahami agama. Beliau mulai mengajar ketika berusia 17 tahun. Bahkan majlisnya lebih ramai daripada majlis Nafi’. Ia tidak melakukan gerakan dalam pengajarannya dan ia tidak bersikap congkak dan sombong. Sampai-sampai ia tidak pernah mendatangi suatu majlis sebelum dihadiri oleh 70 syaikh yang mengakui bahwa ia ahli dibidangnya. Pernah ia ditanya 40 soal tentang utsman, 32 dijawabnya. Selebihnya ia hanya bilang “Aku Tidak Tahu“. Suatu hari seseorang utusan dari negerinya mengadakan perjalanan selama 6 bulan serta membawa pertanyaan agar supaya dijawab oleh imam malik, akan tetapi Imam Malik menjawab “aku tidak tahu”. Kemudian orang tadi bingung dan berkata, “Apa yang harus aku bilang kepada penduduk negeriku?, kemudian imam malik menjawab, “Katakanlah bahwa malik tidak tahu”.
Referensi yang dijadikan Imam Malik sebagai penetapan hukum adalah:
1.    Al quran
2.    Sunnah nabi saw
3.    Fatwa shahabat dan Ijma’
4.    Amalan penduduk madinah
Bila beliau tak menemukan dalil dalam nash, maka merujuk kepada:
Istihsan, Urf, Sadd Adz Dzaroi’, Al Mashalih Al Mursalah dengan beberapa at:
1.    Maslahat tersebut tidak menafikan pokok agama dan dalil qath’i
2.    Maslahat tersebut dapat dicerna akal sehat
3.    Tidak menimbulkan kesulitan bagi manusia
  1. Murid-murid Imam Malik
Murid-murid Imam Malik sangat banyak. Diantaranya adalah:
Zuhri, Ayyub Bin As Sahtiani, Abu Aswad, Rabiah Bin Abdurrahman, Yahya Bin Saadshari, Musa Bin Usbah  , Hisyam Bin Urwah, Nafi’ Bin Abi Nuaim, Muhammad Bin Ajalan, Salim Bin Umayyah, Abu Nadzir, Sufyan Tsaury, Al laits Bin Saad, Hammad Bin Salamah, Hammad Bin Zaid, Sufyan Bin Uyainah , Abu Hanifah, Abu Yusuf, Syarik Bin Luhai’ah, Ismail Bin Abi Katsir, Abdullah Bin Wahab, Abdurrahman Bin Qasim, Asyhub Bin Abdul Aziz, Asad Bin Furat, Abdul Malik Bin Majisyur, Abdullah Bin Abdul Hakim, Muhammad Bin Hasan Asy Syaibany murid Abu Hanifah yang terkenal berkata, “aku tinggal dipintu rumah imam malik selama 3 tahun. Aku mendengar darinya 700 hadits.
  1. Imam Malik Berhadapan Dengan Penguasa
Imam Malik menyeru para ulama untuk mengajak puasa kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran seraya berkata, “Seorang alim boleh mendekati sultan, hanya karena alasan itu. Poin yang paling penting adalah Imam Malik tidak memasukkan unsur pujian dan sanjungan bagi penguasa. Pernah Harun Al Rasyid meminta Imam Malik untuk datang keistana sambil membawa Muwattha’ tapi Imam Malik menolaknya dan menyuruh  Harun Al Rasyid untuk datang sendiri ketempatnya. Harun pun setuju dan berkata, “Demi Allah, aku akan mendengar Al Muwattha’ dirumahmu”.
  1. Siksa Yang Diderita Imam Malik
Imam Malik mendapat banyak siksaan dimasa Khalifah Abu Ja’far Al Manshur. Diantara sebab beliau disiksa adalah ketika beliau menyampaikan hadits Nabi Saw yang berbunyi, “Tidak ada thalak bagi orang yang dipaksa.” Beliau mendapat cambukan sebanyak 70 kali
  1. Kitab Al Muwattha’
Kitab Al Muwattha’ adalah kitab keislaman pertama kali yang sempurna dan sampai selesai penulisannya. Al Muwattha’ adalah karya terbesar Imam Malik. Sebab beliau menulisnya karena terdorong oleh adanya pendapat-pendapat aliran dan pengikut hawa nafsu dan lemahnya hafalan serta periwayatan, maka dibutuhkan penulisan dan pencatatan agar tidak dilupakan. Sebab lain adalah bahwa beliau disuruh oleh Khalifah Abu Ja’far Al Manshur. Imam Malik menulis kitab Al Muwattha’ mulai 148 sampai 159 H, serta beliau terus mengeditnya sampai memakan waktu 40 tahun. Al Manshur wafat sebelum selesainya kitab tersebut.
  1. Komentar Ulama-Ulama Salaf Terhadap Imam Malik
1.    Muhammad Bin Hakam berkata, “Kalau Imam Malik mengatakan suatu pendapat yang tak diucapkan oleh yang lain maka pendapatnya adalah hujjah (dapat dijadikan landasan hukum).
2.    Ibnu Mahdi berkata, “Tak ada orang yang lebih amanat terhadap hadits Rasulullah saw dimuka bumi ini selain Imam Malik.
3.    Imam Syafii berkata, “Kalau ada atsar (ucapan shahabat dan tabiin) maka Imam Malik adalah bintang.
4.    Abu Ayub Bin Suwad berkata, “Saya tidak pernah melihat orang sebagus haditsnya dibanding Malik Bin Anas.
5.    Abu Hatim Al Razi berkata, “Imam Malik sangat dapat dipercaya, Imam penduduk Hijaz, ia mengokohkan pengikut-pengikut Al Zuhri. Ketika mereka berselisih pendapat, maka keputusan ada pada Imam Malik. Imam Malik adalah perawi yang paling takwa, paling murni haditsnya. Ia lebih menguasai hadits dibanding Atsaury Dan Al Auzai.
  1. Kata-kata Mutiara Imam Malik
1.    Ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambilnya
2.    Ilmu adalah cahaya tak akan bersemayam kecuali dalam hati yang takwa dan khusyu’
3.    Orang yang suka menjawab tentang satu masalah maka ia menawarkan dirinya untuk surga atau neraka. Bagaimana keselamatannya besok diakhirat?
4.    Bukanlah ilmu dengan banyaknya periwayatan tetapi ilmu adalah cahaya yang Allah letakkan didalam hatinya.
5.    Tidak pantas bagi orang yang berilmu untuk mengungkapkan ilmunya kepada orang yang tak mampu menagkap ilmunyu, karena itu pelecehan terhadap ilmu.
  1. Antara Imam Malik Dan Laits Bin Saad
Al Laits Bin Saad adalah imam yang hebat. Ia bernama Kharits Bin Saad Bin Abdurrahman Al Mishri. Ia seorang tabiut tabiin dan meriwayatkan hadits dari banyak ulama. Beliau adalah imam penduduk Mesir pada masanya.
Imam Syafii berkata, “Al Laits Bin Saad lebih pandai dibanding Imam Malik, hanya saja ia disia-siakan oleh pengikutnya. Ibnu Hanbal berkata, “Al Laits itu banyak ilmunya dan haditsnya. Tak ada diantara penduduk Mesir yang lebih kokoh ilmunya sebanding dia, sungguh shahih haditsnya.
Beliau dilahirkan pada tahun 93 H dan wafat pada tahun 195 H empat tahun sebelum wafatnya Imam Malik.
  1. Kepribadian Imam Malik
Imam Malik orangnya tinggi, posturnya besar, putih kulitnya, botak kepalanya, mancung hidungnya, bagus rupanya. Ia memakai pakaian-pakaian yang bagus dan wangi-wangian. Ia tidak suka mencukur kumis dan mencelanya. Beliau sering memakan makanan yang enak dan sering makan daging tanpa melebihi porsinya dan ia sangat menyukai buah pisang. Ia berkata, “Tidak ada buah yang lebih mirip dengan buah surga kecuali pisang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!