بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "
“Maaf
bu ! Dompetku tertinggal di bis. Semua uangku hilang dibis jurusan Jakarta tadi.
Bagaimana kalau aku bayar dengan barang yang aku miliki ini ? Ibu bisa memilih
barang yang mana yang ibu kehendaki ?”
“Hanya
tujuh ribu saja kok nak. Masak tujuh ribu saja tidak ada lagi ?”
“Betul
bu, aku tidak punya uang lagi. Atau bagaimana kalau aku tinggal disini semua
barangku ini. Kecuali HP jadulku ini. Dan insyaalloh besuk aku akan kembali
mengambil barang – barangku ini. Tapi sekarang aku pinjam uang sejumlah 25 ribu
dulu sama ibu untuk pulang kekampungku di Tambak Boyo.”
“Bagaimana
ya nak ? Aku tidak butuh barang – barangmu itu. Aku hanya butuh uang nak.”
“Sekedar
untuk diketahui saja bu. Barang kecil ini namanya flashdisk. Flashdisk yang kecil
ini harganya dulu 75 ribu bu. Kalau sekarang aku tidak akan menjual karena
didalamnya tersimpan berbagai ilmu. Maka kalau ibu percaya semua barangku aku
tinggal disini. Aku hanya pinjam uang 25 ribu untuk pulang ke Tambak Boyo.
Insyaalloh besuk aku akan kembali. Dan insyaalloh nasi krengsengan yang
harganya 7 ribu akan aku bayar tiga kali lipat bu.”
“Apakah
tidak ada uang lima ribu saja nak. Sisanya bisa dilunasi besuk.”
“Tidak
ada bu. Apa perlu bukti ? Biar aku keluarkan semua isi sakuku ini. Kalau masih
ada uang tersisa ambil sajalah semuanya.”
“Bagini
sajalah nak. Carikan saja pinjaman ditempat lain ! Kalau dapat nanti silahkan kembali
kesini untuk membayar sepiring nasi krengsenagn itu ! Tapi barang – barangmu
biar disini saja dulu.”
Romi
benar – benar bingung menghadapi wanita penjual nasi itu. Ia benar – benar
kehabisan akal. Berbagai rayuan telah diutarakan tetapi tampaknya penjual nasi
itu tidak percaya. Maka ia mengambil langkah seribu.
“Kalau
begitu baiklah bu. Aku tinggal semua barang – barangku ini disini. Tapi tolong
jaga baik – baik jangan sampai hilang ! Teruma flashdisk. Kalau sampai
flashdisk yang hilang maka ibu akan aku tuntut. Karena didalamnya ada beberapa
hal yang sangat penting dan belum sempat
aku simpan di laptop. Sudah selamat tinggal bu !”
Romi
pergi kepinggir jalan. Ia nekat untuk mencari tumpangan mobil atau truk yang
sedang lewat. Hujan masih belum reda.
Walaupan tidak selebat sebelumnya tapi tidak lama Romi dijalan ia sudah basah
kuyup.
Romi
memberhentikan setiap mobil yang lewat. Sudah puluhan mobil yang di
berhentikannya. Tetapi sudah puluhan mobil itu pula belum juga ada satupun yang
mau behenti. Maka ia seperti kalap saja. Ia nekat berdiri ditengah – tengah
jalan. Ia sudah tidak urus lagi, entah ditabrak mobil atau tidak. Yang penting
ia berdiri ditengah jalan untuk mencari tumpangan agar bisa pulang ke Desa
Belik Anget Kecamatan Tambak Boyo.
Tidak
lama kemudian ada mobil yang lewat. Mobil itu mengklakson terus. Tetapi Romi
malah menghadang ditengah jalan. Ia merentangkan tangan. Seakan menantang untuk
ditabrak. Setelah dekat mobil berhenti pula. Sopirnya marah dan mengeluarkan kata
– kata kotor.
“Bangsat
! Minggir bodoh ! Menyidam mati ya ?” Hardik sopir terhadap Romi.
“Apa
katamu ? Sedikit sopan ya ? Kamu sopir kan ? Awas kalau tidak mau berhenti akan
aku hadang kapan saja kamu lewat lagi. Berhentilah ?” Bentak Romi kepada sopir
itu.
“Hei
bodoh sudah gila ya ? Cepat minggir ! Kalau tidak akan aku tabrak kamu.”
“Kamu
tengok wajahku ! Kamu lihat apa tidak wajahku yang bengkak ini ? Aku tidak
takut siapapun kamu. Aku sudah biasa berkelai. Kamu ingin selamat apa tidak ?
Kalau kamu tidak mau berhenti barang sejenak akan aku panggilkan kawan –
kawanku.” Gertak Romi dengan nada tinggi sambil mengeluarkan HP jadulnya yang
sebenarnya tidak berfungsi lagi.
“Apa
maksudmu menghadangku ?”
“Aku
hanya ingin menumpang mobilmu sampai Tambak Boyo saja. Setelah itu aku turun
disana dan kamu silahkan melanjutkan perjalanan. Setelah itu akau tidak akan
menghalangimu lagi. Dan aku tidak akan meminta apa – apa. Aku hanya ingin
menumpang saja. Selain itu tidak.”
“Okelah
kalau begitu. Silahkan naik sekarang juga !” Sopir mempersilahkan Romi untuk
menumpang di mobil pick upnya.
Setelah
dipersilahkan Romi naik di bak belakang pick up itu. Ia kehujanan. Tetapi ia
bersyukur mendapatkan tumpangan. Setelah menumpang dibelakang ia tertawa
sendiri. Ia berlagak menjadi preman sebentar.
Sekitar
satu jam kemudian mobil sampai Kecamatan Tambak Boyo. Mobil berhenti. Sopir
mempersilahkan Romi untuk turun.
“Hei
…. bangsat ! Sudah sampai Tambak Boyo. Cepat turun ! Atau kalau tidak turun aku
bawa ke Bulu nanti.” Bentak sopir.
“Sebentar
pak sopir. Aku mau mengucapkan terima kasih ini.”
“Mau
mengucapkan terima kasih kepada siapa ?”
Romi
turun dan menuju kearah sopir.
“Pak
Sopir, terima kasih ya atas pertolonganmu. Aku tadi sebenarnya hanya menggertak
saja. Karena aku sangat kedinginan. Aku tidak punya uang seperakpun. Karena
dompetku terjatuh entah dimana. Karena itu aku tidak bisa pulang kalau tidak
menghadang dengan paksa. Sudah puluhan mobil aku berhentikan tidak ada yang mau
berhenti. Maka terpaksa aku menghadang mobilmu ditengah jalan. Lain kali kalau
ada sempat silahkan datang kerumahku. Kalau pak sopir minta bayar akan aku
bayar nanti kalu sudah sampai rumah. Kenalkan saja namaku Romi putra Kyai Roziq
Desa Belik Anget.” Jelas Romi kepada sopir.
Sopir
itu terkejut ketika Romi menyebutkan kalau dirinya adalah putra Kyai Roziq. Ia
turun dari tempat duduknya. Ia pergi mendekati Romi sambil berkata.
“Maaf
gus ! Silahkan naik lagi ! Akan aku antar sampai rumah gus. Kenalkan namaku Edy
! Aku salah seoarng anggota jamaah pengajian abahmu gus. Tapi kenapa wajahmu
bengkak – bengkak.” Jelas sopir mobil itu.
__________________________
Insyaalloh besambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!