Selasa, 10 April 2012

KASIH TAK SAMPAI. 4. Preman Yang Baik Hati (bag. 24)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "


“Maaf bu ! Dompetku tertinggal di bis. Semua uangku hilang dibis jurusan Jakarta tadi. Bagaimana kalau aku bayar dengan barang yang aku miliki ini ? Ibu bisa memilih barang yang mana yang ibu kehendaki ?”

“Hanya tujuh ribu saja kok nak. Masak tujuh ribu saja tidak ada lagi ?”

“Betul bu, aku tidak punya uang lagi. Atau bagaimana kalau aku tinggal disini semua barangku ini. Kecuali HP jadulku ini. Dan insyaalloh besuk aku akan kembali mengambil barang – barangku ini. Tapi sekarang aku pinjam uang sejumlah 25 ribu dulu sama ibu untuk pulang kekampungku di Tambak Boyo.”

“Bagaimana ya nak ? Aku tidak butuh barang – barangmu itu. Aku hanya butuh uang nak.”

“Sekedar untuk diketahui saja bu. Barang kecil ini namanya flashdisk. Flashdisk yang kecil ini harganya dulu 75 ribu bu. Kalau sekarang aku tidak akan menjual karena didalamnya tersimpan berbagai ilmu. Maka kalau ibu percaya semua barangku aku tinggal disini. Aku hanya pinjam uang 25 ribu untuk pulang ke Tambak Boyo. Insyaalloh besuk aku akan kembali. Dan insyaalloh nasi krengsengan yang harganya 7 ribu akan aku bayar tiga kali lipat bu.”

“Apakah tidak ada uang lima ribu saja nak. Sisanya bisa dilunasi besuk.”

“Tidak ada bu. Apa perlu bukti ? Biar aku keluarkan semua isi sakuku ini. Kalau masih ada uang tersisa ambil sajalah semuanya.”

“Bagini sajalah nak. Carikan saja pinjaman ditempat lain ! Kalau dapat nanti silahkan kembali kesini untuk membayar sepiring nasi krengsenagn itu ! Tapi barang – barangmu biar disini saja dulu.”

Romi benar – benar bingung menghadapi wanita penjual nasi itu. Ia benar – benar kehabisan akal. Berbagai rayuan telah diutarakan tetapi tampaknya penjual nasi itu tidak percaya. Maka ia mengambil langkah seribu.
“Kalau begitu baiklah bu. Aku tinggal semua barang – barangku ini disini. Tapi tolong jaga baik – baik jangan sampai hilang ! Teruma flashdisk. Kalau sampai flashdisk yang hilang maka ibu akan aku tuntut. Karena didalamnya ada beberapa hal yang sangat penting dan belum  sempat aku simpan di laptop. Sudah selamat tinggal bu !” 

Romi pergi kepinggir jalan. Ia nekat untuk mencari tumpangan mobil atau truk yang sedang lewat. Hujan  masih belum reda. Walaupan tidak selebat sebelumnya tapi tidak lama Romi dijalan ia sudah basah kuyup.
Romi memberhentikan setiap mobil yang lewat. Sudah puluhan mobil yang di berhentikannya. Tetapi sudah puluhan mobil itu pula belum juga ada satupun yang mau behenti. Maka ia seperti kalap saja. Ia nekat berdiri ditengah – tengah jalan. Ia sudah tidak urus lagi, entah ditabrak mobil atau tidak. Yang penting ia berdiri ditengah jalan untuk mencari tumpangan agar bisa pulang ke Desa Belik Anget Kecamatan Tambak Boyo.  

Tidak lama kemudian ada mobil yang lewat. Mobil itu mengklakson terus. Tetapi Romi malah menghadang ditengah jalan. Ia merentangkan tangan. Seakan menantang untuk ditabrak. Setelah dekat mobil berhenti pula. Sopirnya marah dan mengeluarkan kata – kata kotor.

“Bangsat ! Minggir bodoh ! Menyidam mati ya ?” Hardik sopir terhadap Romi.

“Apa katamu ? Sedikit sopan ya ? Kamu sopir kan ? Awas kalau tidak mau berhenti akan aku hadang kapan saja kamu lewat lagi. Berhentilah ?” Bentak Romi kepada sopir itu.

“Hei bodoh sudah gila ya ? Cepat minggir ! Kalau tidak akan aku tabrak kamu.”

“Kamu tengok wajahku ! Kamu lihat apa tidak wajahku yang bengkak ini ? Aku tidak takut siapapun kamu. Aku sudah biasa berkelai. Kamu ingin selamat apa tidak ? Kalau kamu tidak mau berhenti barang sejenak akan aku panggilkan kawan – kawanku.” Gertak Romi dengan nada tinggi sambil mengeluarkan HP jadulnya yang sebenarnya tidak berfungsi lagi.

“Apa maksudmu menghadangku ?”

“Aku hanya ingin menumpang mobilmu sampai Tambak Boyo saja. Setelah itu aku turun disana dan kamu silahkan melanjutkan perjalanan. Setelah itu akau tidak akan menghalangimu lagi. Dan aku tidak akan meminta apa – apa. Aku hanya ingin menumpang saja. Selain itu tidak.”

“Okelah kalau begitu. Silahkan naik sekarang juga !” Sopir mempersilahkan Romi untuk menumpang di mobil pick upnya.

Setelah dipersilahkan Romi naik di bak belakang pick up itu. Ia kehujanan. Tetapi ia bersyukur mendapatkan tumpangan. Setelah menumpang dibelakang ia tertawa sendiri. Ia berlagak menjadi preman sebentar.
Sekitar satu jam kemudian mobil sampai Kecamatan Tambak Boyo. Mobil berhenti. Sopir mempersilahkan Romi untuk turun.

“Hei …. bangsat ! Sudah sampai Tambak Boyo. Cepat turun ! Atau kalau tidak turun aku bawa ke Bulu nanti.” Bentak sopir.

“Sebentar pak sopir. Aku mau mengucapkan terima kasih ini.”

“Mau mengucapkan terima kasih kepada siapa ?”

Romi turun dan menuju kearah sopir.

“Pak Sopir, terima kasih ya atas pertolonganmu. Aku tadi sebenarnya hanya menggertak saja. Karena aku sangat kedinginan. Aku tidak punya uang seperakpun. Karena dompetku terjatuh entah dimana. Karena itu aku tidak bisa pulang kalau tidak menghadang dengan paksa. Sudah puluhan mobil aku berhentikan tidak ada yang mau berhenti. Maka terpaksa aku menghadang mobilmu ditengah jalan. Lain kali kalau ada sempat silahkan datang kerumahku. Kalau pak sopir minta bayar akan aku bayar nanti kalu sudah sampai rumah. Kenalkan saja namaku Romi putra Kyai Roziq Desa Belik Anget.” Jelas Romi kepada sopir.

Sopir itu terkejut ketika Romi menyebutkan kalau dirinya adalah putra Kyai Roziq. Ia turun dari tempat duduknya. Ia pergi mendekati Romi sambil berkata.

“Maaf gus ! Silahkan naik lagi ! Akan aku antar sampai rumah gus. Kenalkan namaku Edy ! Aku salah seoarng anggota jamaah pengajian abahmu gus. Tapi kenapa wajahmu bengkak – bengkak.” Jelas sopir mobil itu.
__________________________
Insyaalloh besambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!