"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "
“Jawabnya
nanti kalau sudah sampai terminal Tuban.” Janji Romi.
“Oke.
Kalau begitu ayo berangkat kesana ! Tapi kita mau memakai pakaian macam apa ?”
“Kita
memakai kain sarung saja. Karena sejak kemarin aku belum ganti pakaian. Dan aku
tidak membawa pakaian ganti sama sekali. Aku juga tidak membawa barang apapun
selain yang menempel dibadan ini.”
“Aneh
sekali kamu kali ini. Pergi bermalam tanpa membawa bekal apa – apa. Pakaian gentipun tidak membawa. Sejak kemarin
belum ganti pakaian ? Makanya bau apek, dan pesing. Tadi malam kehujanan ya ?”
“He
he he … Betul, tadi malam aku kehujanan. Karena tidak membawa pakaian serep
maka aku belum ganti sampai sekarang. ”
“Oke.
Mau pinjam uang berapa ?”
“Pinjam
50 ribu sajalah.”
“Buat
apa uang segitu ? Aku pikir 5 juta.”
“Tidak
perlu banyak – banyak. Kebanyakan malah tidak pulang. Malah pergi ke Surabaya.
Kerumah Hasan. Disana ada bidadari lho. Sudahlah ayo berangkat saja ! Tidak
usah terlalu banyak seloroh lagi!”
“Hemmm
…. Kamupun mengajak seloroh juga. Memangnya Hasan, kawan kita itu punya adik
perempaunkah ?”
“Tidak.
Hasan tidak punya adik perempuan. Tapi putri dari penghuni rumah yang
berhadapan dengan Hasan seorang mahasiswi yang sangat cantik. Makanya Hasan
lama tidak kembali ke pesantren. Dia tampaknya sangat tertarik kepada gadis
itu.”
“Ooo
… begitu. Mesin mobil sudah cukup panas, ayo kita berangkat saja!”
“Hayya
!”
Mereka
berdua bergegas menuju kerumah. Sampai dirumah mereka berganti pakaian. Mereka
memakai peci hitam, sarung warna putih dan baju koko berwarna putih juga.
Mereka berdua seperti ustadz saja.
Sebentar
kemudian mereka keluar rumah. Rofiq menuju garasai untuk mengeluarkan mobil pick upnya. Sedangkan Romi menuju halaman
rumah sambil melemaskan anggota badannya.
Sebentar
kemudian mobil melaju kearah timur. Kearah terminal Tuban. Dan satu jam
kemudian sampailah di terminal.
“Kemana
kita sekarang ?” Tanya Rofiq.
“Itu
disebelah sana itu. Warung nasi krengsengan yang ada disana itu.” Jawab Romi.
“Ooo
…. Kita makan pagi disana ? Makan pagi nasi krengsengan ?”
“Boleh
juga. Disanalah tasku aku titipkan semalam.”
Rofiq
membelokkan mobil kearah warung yang ditunjukkan oleh Romi. Sampai didekat
warung tersebut Hasan memarkir mobil pick up itu. Kemudian mereka membuka pintu
dari sisi masing- masing. Lantas keduanya turun dari mobil dan berjalan menuju
warung krengsenagn itu.
Ketika
mereka sampai diwarung itu Bu Hajjah Aminah, penjual nasi krengsengan itu belum
tampak. Karena ia masih meracik bumbu di belakang. Mereka hanya menjumpai
Siska, putri Hajjah Aminah yang sedang membaca majalah didepan warung.
“Assalamu’alaikum
! Mamanya ada dek ?” Romi menebarkan salam persahabatan kepada Siska.
“Wa’alaikum
salam. Ada mas. Masih dibelakang masak belum selesai. Mau sarapan mas ?” Jawab
Siska.
“Ya,
mau sarapan. Tolong panggilkan sebentar !” Pinta Romi.
“Tapi
belum masak mas. Sebentar lagi mungkin.”
“Tidak
apa – apa walaupun belum masak. Aku ada penting sedikit dengan mamamu.”
“Ow…
tunggu sebentar mas biar aku panggilkan !”
Siska
pergi ke belakang (dapur) menjumpai mamanya. Sampai dibelakang (dapur) ia
menyampaikan ada dua orang pembeli mau bertemu.
“Mama
! Ada dua orang pembeli yang berpakain ala ustadz mau bertemu mama. Pemuda yang
satunya tampan. Tapi yang satunya wajahnya bengkak – bengkak jelek dan
menakutkan ma.” Kata Siska kepada mamanya.
“Hus
…. Jangan bilang begitu. Kalau mendengarkan uacapanmu mereka bisa marah.
Jadinya tidak enak Sis. Biar mama saja yang menemui. Kamu disini saja.”
Hajjah
Aminah kemudian menemui dua orang yang mau sarapan itu. Sampai didepan ia
mengamati dua orang yang ada dihadapannya itu. Ia tidak menandai lagi terhadap
Romi yang semalam makan diwarungnya dengan menghutang itu.
“Assalamu’alaikum.
Mau sarapan nak ?” Tanya Bu Hajjah Aminah.
“Wa’alaikum
salam. Kalau sudah masak boleh juga. Tapi kalau belum masak kami tidak usah
sarapan disini. Aku hanya ingin membayar hutangku tadi malam buk. Sekaligus aku
mengambil barang titipanku berupa tas jelek yang tadi malam itu.” Jawab Romi.
Hajjah
Aminah mengamati pemuda yang bengkak wajahnya beberapa saat. Lantas ia berkata.
“Apa
kamu yang tadi makan malam disini itu ?” Tanya Hajjah Aminah.
“Betul.
Akulah yang tadi malam makan disini dengan mengutang. Maka pagi ini aku bayar
hutangku. Ini uangnya.” Jawab Romi.
Romi
memberikan uang sejumlah 25 ribu kepada Hajjah Aminah. Selembar uang receh dua
puluhan, dan selembar uang lima ribuan.
“Lho
memangnya berapa hutangmu tadi malam ?” Tanya Hajjah Aminah.
“Tadi
malam hutangku 7 ribu. Sekarang biarlah aku bayar 25 ribu. Tujuh ribu untuk
membayar makan dan sisanya untuk jasanya.”
“Jasa
apa ?”
“Jasa
ibu menjaga tasku semalam. Sehingga tasku aman.”
_______________________
Insyaaloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!