Minggu, 15 April 2012

KASIH TAK SAMPAI. 4.Menolak Pemberian uang (bag. 30) SALING MENOLAK MENERIMA UANG


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "

“Jawabnya nanti kalau sudah sampai terminal Tuban.” Janji Romi.
“Oke. Kalau begitu ayo berangkat kesana ! Tapi kita mau memakai pakaian macam apa ?”

“Kita memakai kain sarung saja. Karena sejak kemarin aku belum ganti pakaian. Dan aku tidak membawa pakaian ganti sama sekali. Aku juga tidak membawa barang apapun selain yang menempel dibadan ini.”
“Aneh sekali kamu kali ini. Pergi bermalam tanpa membawa bekal apa – apa.  Pakaian gentipun tidak membawa. Sejak kemarin belum ganti pakaian ? Makanya bau apek, dan pesing. Tadi malam kehujanan ya ?”
“He he he … Betul, tadi malam aku kehujanan. Karena tidak membawa pakaian serep maka aku belum ganti sampai sekarang. ”
“Oke. Mau pinjam uang berapa ?”
“Pinjam 50 ribu sajalah.”
“Buat apa uang segitu ? Aku pikir 5 juta.”
“Tidak perlu banyak – banyak. Kebanyakan malah tidak pulang. Malah pergi ke Surabaya. Kerumah Hasan. Disana ada bidadari lho. Sudahlah ayo berangkat saja ! Tidak usah terlalu banyak seloroh lagi!”
“Hemmm …. Kamupun mengajak seloroh juga. Memangnya Hasan, kawan kita itu punya adik perempaunkah ?”
“Tidak. Hasan tidak punya adik perempuan. Tapi putri dari penghuni rumah yang berhadapan dengan Hasan seorang mahasiswi yang sangat cantik. Makanya Hasan lama tidak kembali ke pesantren. Dia tampaknya sangat tertarik kepada gadis itu.”
“Ooo … begitu. Mesin mobil sudah cukup panas, ayo kita berangkat saja!”
“Hayya !”
Mereka berdua bergegas menuju kerumah. Sampai dirumah mereka berganti pakaian. Mereka memakai peci hitam, sarung warna putih dan baju koko berwarna putih juga. Mereka berdua seperti ustadz saja.
Sebentar kemudian mereka keluar rumah. Rofiq menuju garasai untuk mengeluarkan mobil  pick upnya. Sedangkan Romi menuju halaman rumah sambil melemaskan anggota badannya.
Sebentar kemudian mobil melaju kearah timur. Kearah terminal Tuban. Dan satu jam kemudian sampailah di terminal.
“Kemana kita sekarang ?” Tanya Rofiq.
“Itu disebelah sana itu. Warung nasi krengsengan yang ada disana itu.” Jawab Romi.
“Ooo …. Kita makan pagi disana ? Makan pagi nasi krengsengan ?”
“Boleh juga. Disanalah tasku aku titipkan semalam.”
Rofiq membelokkan mobil kearah warung yang ditunjukkan oleh Romi. Sampai didekat warung tersebut Hasan memarkir mobil pick up itu. Kemudian mereka membuka pintu dari sisi masing- masing. Lantas keduanya turun dari mobil dan berjalan menuju warung krengsenagn itu.
Ketika mereka sampai diwarung itu Bu Hajjah Aminah, penjual nasi krengsengan itu belum tampak. Karena ia masih meracik bumbu di belakang. Mereka hanya menjumpai Siska, putri Hajjah Aminah yang sedang membaca majalah didepan warung.
“Assalamu’alaikum ! Mamanya ada dek ?” Romi menebarkan salam persahabatan kepada Siska.
“Wa’alaikum salam. Ada mas. Masih dibelakang masak belum selesai. Mau sarapan mas ?” Jawab Siska.
“Ya, mau sarapan. Tolong panggilkan sebentar !” Pinta Romi.
“Tapi belum masak mas. Sebentar lagi mungkin.”
“Tidak apa – apa walaupun belum masak. Aku ada penting sedikit dengan mamamu.”
“Ow… tunggu sebentar mas biar aku panggilkan !”
Siska pergi ke belakang (dapur) menjumpai mamanya. Sampai dibelakang (dapur) ia menyampaikan ada dua orang pembeli mau bertemu.
“Mama ! Ada dua orang pembeli yang berpakain ala ustadz mau bertemu mama. Pemuda yang satunya tampan. Tapi yang satunya wajahnya bengkak – bengkak jelek dan menakutkan ma.” Kata Siska kepada mamanya.
“Hus …. Jangan bilang begitu. Kalau mendengarkan uacapanmu mereka bisa marah. Jadinya tidak enak Sis. Biar mama saja yang menemui. Kamu disini saja.”
Hajjah Aminah kemudian menemui dua orang yang mau sarapan itu. Sampai didepan ia mengamati dua orang yang ada dihadapannya itu. Ia tidak menandai lagi terhadap Romi yang semalam makan diwarungnya dengan menghutang itu.
“Assalamu’alaikum. Mau sarapan nak ?” Tanya Bu Hajjah Aminah.
“Wa’alaikum salam. Kalau sudah masak boleh juga. Tapi kalau belum masak kami tidak usah sarapan disini. Aku hanya ingin membayar hutangku tadi malam buk. Sekaligus aku mengambil barang titipanku berupa tas jelek yang tadi malam itu.” Jawab Romi.
Hajjah Aminah mengamati pemuda yang bengkak wajahnya beberapa saat. Lantas ia berkata.
“Apa kamu yang tadi makan malam disini itu ?” Tanya Hajjah Aminah.
“Betul. Akulah yang tadi malam makan disini dengan mengutang. Maka pagi ini aku bayar hutangku. Ini uangnya.”  Jawab Romi.
Romi memberikan uang sejumlah 25 ribu kepada Hajjah Aminah. Selembar uang receh dua puluhan, dan selembar uang lima ribuan.
“Lho memangnya berapa hutangmu tadi malam ?” Tanya Hajjah Aminah.
“Tadi malam hutangku 7 ribu. Sekarang biarlah aku bayar 25 ribu. Tujuh ribu untuk membayar makan dan sisanya untuk jasanya.”
“Jasa apa ?”
“Jasa ibu menjaga tasku semalam. Sehingga tasku aman.”
_______________________
Insyaaloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!