"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "
Sepeninggal
Romi dari warungnya, Bu Hajjah Aminah menutup warungnya. Karena suasana sudah
sepi. Ia segera pulang kerumah. Sampai dirumah ia bercerita kepada putrinya
bahwa ada seorang pembeli yang aneh. Pemuda bertampang penjahat membeli nasi
krengsengan. Pemuda itu tidak punya uang. Sehingga meninggalkan barang – barang
miliknya sebagai jaminan. Begitu cerita Hajjah Aminah kepada putrinya.
Siska,
putri Hajjah Aminah itu penasaran terhadap cerita mamanya itu. Ia ingin tahu
barang – barang apa yang di tinggalkan oleh pemuda bertampang penjahat itu.
“Barang
apa mama yang ditinggalkan pemuda penjahat itu ?” Tanya Siska kepada mamanya
penasaran.
“Sebuah
tas Sis.”
“Sebuah
tas ? Awas mama kalau tas itu berisi bom waktu ! Rumah kita dan kita akan
hancur mama.” Terang Siska.
“Bukan.
Bukan bom. Sebuah tas yang didalamnya berisi barang – barang yang tidak
berharga. Celana kotor, kaos kotor, sajadah usAng, Al – Qur’an lusuh dan entah
apa lagi. Aku tidak tahu selebihnya.”
“Mana
sekrang tas itu mama ?”
“Itu
dikamar tamu. Ambil sendiri saja !”
Siska
pergi kekamar tamu. Ia mengambil tas tersebut dan membawanya kedalam kamar
tidurnya. Bagaikan detektif saja, Siska membuka semua kantong tas dan
mengeluarkan semua isinya. Ia mengamati semua isi tas. Ia terkejut ketika
menemukan sebuah foto seorang pemuda yang sangat tampan. Hanya ia menyayangkan
pemuda itu memaki kain sarung, peci dan sorban.
Siska
memasukkan kembali semua isi tas itu. Kecuali sebuah foto Romi yang bak seorang
ustadz terkenal itu. Ia lantas menyelipkan foto itu didinding almari kaca.
Sehingga foto itu tampak jelas dari luar. Setelah itu Siska mengembalikan tas
itu kekamar tamu lagi. Lantas ia tidur.
Siska tidur pulas dikamarnya semalaman.
Seperti
biasa, setiap hari minggu Siska membantu mamanya jualan nasi di terminal Tuban.
Pagi – pagi setelah sholat shubuh berjama’ah Siska dan mamanya pergi
kewarungnya. Mereka membawa semua peralatan yang biasa untuk jualan. Mereka
juga tidak lupa pula membawa tas Romi yang dititipkan. Tetapi Siska lupa tidak
memasukkan lagi foto Romi itu kedalam tas tersbut. Sehingga foto itu tetap
terpajang di almari didalam kamar Siska.
Sampai
diwarungnya Siska kebagian membuka warung, menyapu, dan menata barang – barang
dagangan yang malam harinya dikemasi. Sedang mamanya, Hajjah Aminah bagian menyiapkan
dibelakang (didapur). Yaitu bagian meracik bumbu dan menu masakan.
Setelah
selesai semuanya Siska duduk didepan warung sambil membaca majalah kesukaannya.
Majalah Gadis. ***
Saat
itu dibelahan bumi yang lain, di Tambak Boyo Romi berjalan menuju rumah
kawannya yang semalaman didatanginya. Ia berjalan pelan – pelan sambil mengusap
– usap wajahnya yang bengkak – bengkak. Karena hari minggu banyak orang yang
lalu lalang. Lari pagi menikmati udara segar. Laki - perempuan, tua - muda memenuhi jalan sejak pagi buta itu.
Romi
mengamat – amati orang yang lari pagi itu. Siapa tahu ia akan jumpa dijalan dengan kawannya. Mereka yang
lari pagi itu juga mengamati wajah Romi yang jelek itu. Wajah bengkak membiru akibat dihajar orang di
terminal Bungurasih Surabaya kemarinnya.
Tidak
berselang lama Romi mengatahui kawan yang dicarinya itu diantara orang banyak
yang lari pagi. Ia menerobos mereka dan mendekat kearah kawannya tersebut.
“Assalamu’alaikum.
Selamat pagi Fiq ! Mau kemana pagi – pagi buta semacam ini lari - lari.” Teriak
Romi kepada kawannya Rofiq yang sedang lari pagi.
Pemuda
yang disapa Romi itu berhenti lari. Ia mengamat – amati pemuda berwajah bengkak
dan berwarna biru itu. Ia menerka – nerka pemuda yang memanggilnya. Sebelum
pemuda itu menemukan jawabannya Romi sudah mendekat dan menyapanya kembali.
“Hai
lupa sama aku ya ? Kenalkan Si Romi kawan di pesantren.” Sambung romi.
“Ouuw…
Kamu Romi santri misterius ? Kanapa wajahmu bengkak – bengkak seperti …. He he
he …” Jawab Rofiq.
“Seperti
apa ?”
“Seperti
apa ya. Ah tidak tidak jadi. Tidak seperti apa – apa….” Jawab Rofiq tidak jadi berseloroh.
“Ya
udah. Bisakah aku minta tolong pagi ini Fiq ?”
“Of
course. Minta tolong apa ?”
“Pinjami
aku uang dan sekarang juga antarkan aku pergi ke terminal Tuban”
“Tumben
amat. Sebentar ! Kenapa buru – buru ? Ini kan masih terlalu pagi untuk pergi
kesana. Ayo kita mencari penghangat perut lebih dulu. Masak mau pergi ke Tuban kamu
hanya berpakaian semacam itu ?”
“Ini
penting Fiq. Nanti siang aku mau membantu presentasi abah dirumah. Bahan –
bahannya masih ada di fashdisk. Sekarang flashdisknya masih ada disana. Akut takut
hilang. Ayo cepatlah !”
“Pagi
ini kamu tidak seperti biasanya. Biasanya kamu santai saja. Kenapa pagi ini
terkesan buru – buru. Di terminal ditempat siapa ? Oh ya, ngomong – ngomong
siapa yang tadi pagi yang adzan shubuh dimasjid? Suaranya merdu sekali. Mesti
yang adzan subuh tadi kamu. Aku menandai suaramu. Lagunya juga lagu yang biasa kamu pakai adzan
di pesantren. Memang kamu menginap dimana ?”
“Aku
sebenarnya tidak ingin cerita panjang lebar tentang apa yang kamu tanyakan. Aku
hanya ingin segera pergi ke terminal Tuban. Tetapi sedikit aku jawab
pertanyaanmu. Memang yang adzan dimasjid itu aku. Dan aku menginap dimasjid
juga.
“Menginap
dimasjid hanya dengan berpakaian semacam
itu ? Menganapa tidak menginap dirumahku saja ? Kamu sudah gila ya ?””
“Jawabnya
nanti kalau sudah sampai terminal Tuban.” Janji Romi.
“Oke.
Kalau begitu ayo berangkat kesana ! Tapi kita mau memakai pakaian macam apa ?”
“Kita
memakai kain sarung saja. Karena sejak kemarin aku belum ganti pakaian. Dan aku
tidak membawa pakaian ganti sama sekali. Aku juga tidak membawa barang apapun
selain yang menempel dibadan ini.”
________________________
Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!