Selasa, 10 April 2012

KASIH TAK SAMPAI. 4. Preman Yang Baik Hati (bag. 22)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم   

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "

Wanita itu merasa terganggu. Ia jengkel terhadap Romi. Sepanjang perjalanan dibikin tidak enjoy oleh kepala Romi. Sudah puluhan kali kepala Romi membentur bahu dan dadanya. Ia benar – benar jengkel. Ia ingin pindah tempat duduk. Tetapi tidak mungkin karena penumpang bis sangat penuh. Tempat duduk penuh dan di lorong bispun penuh pula dengan penumpang yang berdiri.

Walaupun sudah berkali – kali kepalanya disodok keras dan membentur dinding bis samping kirinya Romi terkesan tidak peduli. Karena memang ia sangat ngantuk. Kesadarannya hilang. Rasa sakitnya teredam rasa kantuknya. Maka benturan – benturan keras itu sama sekali tidak menyebabkan kesadaran Romi kembali.
Wanita itu semakin jengkel dan tidak sabar lagi ketika Romi mengeluarkan air liur di dadanya. Baju wanita itu terkena air liur Romi yang berbau busuk. Kali ini wanita itu marah. Ia mendorong keras kepala Romi sehingga membentur dinding sebelah kirinya sampai bersuara “brokkkk….”. Suara benturan itu sampai terdengar penumpang yang ada disekitarnya. Mereka menoleh kearah mereka berdua. 

Karena kerasnya benturan dan merasa sakit  Romi terbangun. Ia mengucek matanya dengan tangan kirinya. Ia memandang kepada wanita yang telah mendorong kepalanya dengan keras itu.

“Hemmm … Muak aku duduk disebelahmu. Tidak tahu diri. Kepala disandarkan dibahu orang lain?” Bentak wanita muda dengan geram.

“Ada apa mbak ?” Tanya Romi sambil mengelus kepalanya yang sakit.

“Pura – pura tidak tahu. Kamu pura – pura ngantuk. Sehingga ada kesempatan untuk mneyandarkan kepalamu dibahu dan dadaku. Sungguh pemuda yang menjijikkan. Pemuda tidak punya ksopanan. Pemuda tidak punya kahlaq.” Hardik wanita itu.    

“Maaf mbak aku tidak sengaja. Aku sangat ngantuk. Semalaman aku tidak tidur.” 

“Masa bodoh. Entah kamu tidur semalaman atau tidak  aku tidak urus. Yang penting jangan manyusahkan orang lain dong.”

“Aku menyusahkan orang lain ? Aku menyusahkanmu ?”

“Kamu benar – benar menyusahkanku.”

“Menyusahkan apa ?”

“Sejak dari Surabaya tadi kepalamu selalu kamu sandarkan dibahu dan dadaku. Sehingga aku tidak bebas bergerak, tidak bisa istirahat dan tidak bisa menikmati perjalanan ini. Dan sekarang air liurmu yang bau busuk menetes di bajuku. Dan bahkan merembes kedadaku. Ini tengok air liurmu yang berbau busuk itu. Aku benar – benar muak melihatmu. Aku sangat jengkel terhadapmu. Kalau saja pantas maka aku sudah memukul kepalamu. Kalau saja tidak hujan aku sudah turun dari bis ini dan mencari bis lain. Walaupun aku sudah bayar sampai tujuan.”

Romi memandang kearah air liur yang menetes didada wanita itu. Ia melihat gumpalan air liurnya yang menempel didada wanita itu. Ia menjadi masgul. Ia ingin menebus kesalahan itu. Kesalahan yang sangat fatal. Tetapi dengan cara apa. Mau mengusap air liurnya yang menempel didada wanita itu dengan sapu tangan. Tetapi ia tidak punya sapu tangan yang masih kering. Karena sapu tangannya ikut basah ketika tercebur di genangan air hujan di terminal Bungurasih.
__________________________
Insyaalloh besambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!