بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "
Sopir
itu terkejut ketika Romi menyebutkan kalau dirinya adalah putra Kyai Roziq. Ia
turun dari tempat duduknya. Ia pergi mendekati Romi sambil berkata.
“Maaf
gus ! Silahkan naik lagi ! Akan aku antar sampai rumah gus. Kenalkan namaku Edy
! Aku salah seoarng anggota jamaah pengajian abahmu gus. Tapi kenapa wajahmu
bengkak – bengkak.” Jelas sopir mobil itu.
“Tidak
usah mas. Aku turun disini saja. Biarlah aku nanti mencari kawanku yang
berdomisili disekitar kantor kecamatan
ini. Aku akan minta antar olehnya besuk pagi saja. Ini sudah terlalu malam kalau
pulang kerumah. Mau tidur diasrama juga tidak enak sama para santri mas.
Sedangkan wajahku lebam – lebam ini karena dikeroyok orang banyak di terminal
Bungurasih. Aku di anggap pencopet.”
“Ooo
…. Jadi gus Romi di hajar diterminal ? Kalau begitu ini ada uang sedikit.
Bawalah untuk makan malam dan sarapan besuk pagi.” Kata sopir.
“Maaf
pak sopir ! Tidak usah. Aku masih punya simpanan kok. Matur nuwun saja pak
sopir. Uang pak sopir buat jajan anak – anak pak sopir saja.”
“Simpanan
apa ? Simpanan lapar, lelah dan kedinginan kan ?”
“Aku
masih mempunyai simpanan. Simpanan hati nurani. Walaupun tadi aku berlagak jadi
preman memaksa mobilmu untuk berhenti tapi aku tidak meminta apa – apa. Aku
menghadang kamu hanya karena terpaksa. Aku melakukan itu hanya ingin segera
sampai dirumah. Besuk pagi ingin bisa pergi ke Terminal Tuban, bisa membayar
hutangku ke penjual nasi diterminal Tuban tadi.”
“Ooo…
Gus Romi punya hutang di warung penjuang nasi terminal Tuban ? Biarlah besuk
aku yang membayar hutang Gus Romi.” Pinta Mas Edy.
“Tidak
usah. Aku sudah merasa berdosa dengan menghadang mobil kang Edy. Maka aku tidak
ingin menambah kesusahan kang Edy. Apalagi menyusahkan dalam hal material.”
“He
he he …. Dasar preman. Preman yang baik hati.”
Romi
tidak menimpali seloroh pak sopir. Ia nglenyor pergi setelah jabat tangan
dengan sopir pick up tersebut. Ia menuju rumah salah seorang kawannya yang ada
disekitar kecamatan Tambak Boyo Kabupaten Tuban.
Sopir
pick up itu memacu mobilnya lagi. Melaju kearah barat dengan kecepatan sedang
menuju ke Desa Bulu.
Malam
semakin larut. Tetes – tetes air hujan masih juga jatuh kebumi. Angin laut
berhembus pelan. Menebarkan hawa dingin, menjadi semakin dingin. Kota Kecamatan
Tambak Boyo sepi dan semakin sepi. Bagaikan kota mati. ***
__________________________
Insyaalloh besambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!