“Aku
tidak merayumu. Asal tahu saja bahwa mbak telah aku permalukan didalam bis saat
itu. Tapi mbak masih juga mau membawakan dompetku yang tertinggal di bis saat
itu. Tanpa kepedulian mbak tentu dompetku sudah hilang. Maka aku akan repot.
Saat ini aku sangat membutuhkan isi dompet itu, yaitu KTP. Dan karena itulah
aku berterima kasih dan minta maaf kepada mbak melalui lesan Syukur. Terima
kasih atas kebaikan mbak. Dan minta maaf karena aku telah menyakiti dan
merepotkan mbak sepanjang perjalanan.”
“Bukan
aku yang merawat dompetmu. Tapi orang lain. Dia adalah santri Pekalongan.”
“Aku
tidak bisa bicara lebih panjang lagi dengan mbak. Karena ternyata yang tidak
mau berbicara adalah mbak sendiri. Bukan
aku. Sekian mohon maaf ya ? Wassalamu’alaikum.” Romi menutup pembicaraannya
dengan hati yang sangat sedih.
Setelah
menutup pembicaraan itu Romi segera memberikan HP itu kepada Syukur. Ia lantas
pergi meninggalkan Syukur seorang diri. Ia bermaksud pergi menuju masjid untuk
mengadukan masalahnya kepada Sang Maha Bijak.
Tapi
ketika Romi baru sepuluh langkah meninggalkannya, Syukur memanggilnya kembali.
“Sebentar
Ustadz !” Teriak Syukur kepada Romi.
“Ya,
ada apa lagi ?” Tanya balik Romi.
“Hemmm
…. Maafkan aku dan bibiku ustadz ! Akulah yang salah. Bibiku marah kepada
ustadz itu diesebabkan oleh ulahku tadi. Sekali lagi maafkan ustadz !” Pinta
Syukur dengan suara memelas.
“Tentu.
Aku memaafkan kalian. Tanpa kalian minta maafpun aku sudah memaafkannya. Karena
perintah Al – Qur’an demikian. Tanpa dimintapun kita harus sudah memaafkan. Masih
ingatkah kamu pelajaran tentang itu Syukur ?” Tanya Romi.
“Aku
sudah lupa ustadz. Kalau boleh tolong sebutkan lagi secara lengkap ustadz !”
Pinta Syukur.
“Boleh
… boleh. Tapi jangan lupa lagi ya ! Yaitu Al – Qur’an surat Al – A’rof ayat
199. Coba dipelajari nanti kalu sudah ada kesempatan !”
“Tolong
bacakan ayatnya dan terjemahnya sekalian ustadz !”
“Kamu
belum hafal ya ? Ini dengarkan : خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ
بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ . Artinya : “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”
“Kalau saja
semua orang mau melaksanakan ajaran ini maka tersebarlah kedamaian dunia ini.
Tanpa diminta maaf sudah memafkan. Bukankah begitu Syukur ?” Sambung Romi.
Syukur
tidak segera menjawab pertanyaan ustadznya itu. Ia diam sambil mengangan –
angan. Ia juga mengoreksi para ustadznya. Karena ia sering menjumpai ustadznya
menghukum santri – santri yang melanggar peraturan dengan hukuman yang bisa
dibilang tidak ringan. Santri yang melanggar peraturan ada yang dihukun dengan
hukuman berdiri satu jam sambil menghafalkan pelajaran. Ia berpikir bahwa
hukuman semacam itu kan menyakitkan. Kenapa santri semacam itu tidak dimaafkan
saja. Begitu pikir Syukur.
“Benar
sekali ayat itu ustadz. Kalau diamalkan akan menjadi indah dunia ini. Teorinya
memang gampang. Tapi pelaksanaanya tidak gampang ustadz.”
“Siapa
yang bilang begitu ? Teorinya gampang tentu pelaksanaannya juga gampang. Orang
yang hatinya baik tentu akan gampang pula merealisasikan ajaran itu. Karena
ajaran itu sesuai dengan fitrah mansia.
Tapi bagi orang yang dirinya dikendalikan oleh hawa nafsu maka ajaran itu
susah direalisasikan baginya. Sebagai orang muslim kita harus belajar untuk
merealisasikan ajran itu. Dan orang yang pertama kali memberikan contoh
merealisasikan ajaran ini adalah Rosululloh. Beliaulah orang yang menerima
wahyu. Dan beliaulah orang yang pertama kali merealisasikan ajaran itu dalam
kehidupannya sehari - hari. Dan nyatanya rosululloh saw adalah pemimpin terbaik
dunia. Bahkan keberhasilan beliau diakui oleh lawannya karena ia bersifat
pemaaf dan lemah lembut. Sampai – sampai
dalam buku yang berjudul Seratus Tokoh yang di tulis oleh orang
barat Nabi Muhammad saw menduduki urutan yang pertama. Ini bukti bahwa sifat
pemaaf itu membawa kepada keberhasilan.” Terang Romi.
________________________
Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!