Selasa, 17 April 2012

KASIH TAK SAMPAI. 5. Kata Maaf yang Indah (bag. 34)


“Kenapa diam saja ? Apakah kamu mengetahui orang yang menemukannya ?”
“Betul ustadz. Aku tahu orang yang telah menemukan dompet milik ustadz.” Jawab Syukur dengan suara terbata – bata.
“Siapapun orangnya yang menemukan dompetku aku akan memberikan hadiah kepadanya. Dan aku akan menganggapnya sebagai saudara. Walaupun orang tersebut pernah menyakitiku. Karena aku selama ini tidak pernah menganggap musuh terhadap siapapun.” Terang Romi.
“Apakah benar yang kamu katakan ? Kamu tidak sedang bermimpi Syukur ?” Tanya Romi berapi – api.
“Benar ustadz. Aku tidak sedang bermimpi.” Jawab Syukur.
“Kalau begitu tunjukkan kepadaku siapa orangnya yang telah menemukan dompet itu ! Aku besuk pagi akan mendatanginya dan akan memberikan hadiah yang layak baginya. Aku akan berterima kasih pula kepadanya.”
“Aku rasa tidak perlu ustadz bertemu langsung dengan orangnya.”
“Kalau aku tidak bisa bisa bertemu dengannya terus bagaimana aku bisa mengambil dompetku itu ? Bagaimana aku harus menyerahkan hadiah kepadanya ? Bagaimana pula aku harus berterima kasih kepadanya ?”
“Biar aku saja ustadz yang akan membereskan semuanya.”
“Jadi kamu tahu orang yang menemukan dompetku ?”
“Betul ustadz. Aku tahu dan kenal dengan orang itu.”
“Oouu ….  Kalau begitu kapan kamu akan mengambilkan dompetku itu darinya ?”
“Dompet ustadz dan isinya sekarang ada dikamar ini ustadz. Karena dompet itu sudah aku bawa sejak saat itu.”
“Benar begitu ? Sejak kapan dompet itu kamu bawa ?”
“Sejak aku kembali ke pesantren ini.”
“Jadi kamu benar – benar bertemu dengan orang yang menemukan dompetku itu ? Siapa dia Syukur ?” Tanya Romi menggebu.
“Betul aku bertemu dengan orang tersebut. Karena setiap aku pulang dari pesantren selalu berjumpa dengannya. Dia adalah bibiku sendiri.”
“Al – Hamdulillahi robbil ‘alamin. Astaghfirullohal ‘adhim. Ya Alloh aku mohon kepadamu, berikanlah kelancaran seglra urusan bagi orang yang telah menemukan dompetku itu Ya Alloh ! Allohumma amin, Ya mujibas sailin. Kalau boleh tahu mana sekerang dompetku itu Syukur ?”
Syukur berdiri dan berjalan menuju almarinya. Ia membuka almari itu dan mengambil dompet yang sudah disimpan selama tiga minggu dalam almari itu. Lantas Syukur menyerahkan dompet itu kepada ustadznya.
“Ini ustadz dompetnya! Maaf ya kalau aku selama ini tidak segera menyampaikan kepada ustadz ! Karena aku dan bibiku takut. Takut ustadz marah terhadapku dan terhadap bibiku.”
“Al – Hamdulillah,  Ya Alloh Engkau masih mengembalikan dompet dan isinya kepadaku. Sehingga aku tidak usah bersusah payah untuk mengurus KTP baru lagi.” Ucap Romi bersyukur.
“Tidak selayaknya aku marah terhadapmu. Apalagi terhadap bibimu. Bibimu tentu orang yang baik hati. Tidak pantas orang baik – baik dimarahi. Seharusnya orang baik harus disanjung dan didoakan. Kalau boleh lain kali aku ingin bisa kenalan dengan bibimu.” Sambung Romi.
“Aku rasa tidak usah kenalan juga tidak apa – apa. Karena bibiku takut dengan ustadz. Karena dia telah berbuat tidak senonoh kepada ustadz.” Tolak Syukur.
“He he he …. Syukur… Syukur. Bibimu itu belum kenal denganku, mana mungkin dia punya salah denganku. Kalau hanya sekedar menahan dompetku itu bukan salah. Lantaran mungkin dia hanya bingung dengan dompetku yang tidak ada isinya apa – apa.”
“Sebenarnya ustadz sudah tahu bibiku, walaupun hanya sekejap.”
“Dimana aku tahu bibimu ? Jangan melamun kamu Syukur !”
Syukur menundukkan kepala. Ia diam. Ia ragu dan takut mau menjelaskan siapa sebenarnya bibinya.
“Apakah bibimu sudah tahu aku ? Kalau dia sudah tahu aku, dimana dia bertemu denganku ?” Desak Romi.
“Maaf ustadz ! Jangan marah. Bibiku mengetahui ustadz ketika naik bis. Dia duduk disebelah kanan ustadz. Dialah yang telah membentur – benturkan kepala ustadz ke dinding bis.” Jelas Syukur kepada Romi.
Mendengar keterangan itu, Romi diam. Tiba – tiba hatinya panas. Ingin meluapkan kemarahannya. Gara – gara wanita itu ia harus rela turun di terminal Tuban. Ia rela kehujanan, kelaparan, kedinginan dan harus tidur dimasjid dengan duduk semalaman. Dam harus kehilangan dompet pula.
Namun Romi segera sadar bahwa bukan wanita itu yang salah. Tetapi dirinyalah yang salah. Gara – gara ia tidak memenuhi hak mata (tidur) ia mengantuk di bis. Dan dari rasa kantuk itulah akhirnya kepalanya sering berkunjung kedada wanita yang ada disebelahnya. Maka wajar kalau wanita itu marah. Begitu pikir Romi.
Terbersit pula dalam hati Romi sebuah rasa. Rasa mengagumi kecantikan wanita yang duduk disebelahnya ketika naik bis itu.
Tiba – tiba Romi ingat kepada suatu peristiwa yang sangat memalukan. Yaitu air liur busuknya tumpah didada wanita tersebut. Ketika itu ia ingat janjinya. Janji ingin mengganti pakaian wanita yang kena air liur itu dengan satu stel pakaian baru.
“Ustadz marah ya terhadapku dan terhadap bibiku ? Maafkan kami ustadz !” Tanya Syukur dengan suara memelas.
“Tidak …. Aku tidak marah Syukur. Aku masih ingat peristiwa yang memalukan dan menyebabkan bibimu marah. Air liurku yang berbau busuk mengenai baju bagian dadanya. Aku sangat malu terhadapnya. Saat itu bibimu akan turun dari bis, walaupun belum sampai Sobontoro. Karena hujan lebat dia tidak turun. Maka untuk mengurasngi rasa tidak nyamannya maka akulah yang kemudian turun di terminal Tuban. Walaupun aku seharusnya turun di Tambak Boyo. Saat itulah dompetku tidak ada disakuku. Mungkin jatuh ditempat duduk. Karena aku masih mengantuk dan hujan aku lari turun dengan loncat dan lari. Sehingga tidak ada kesempatan untuk meneliti barang-barangku.   Aku malu terhadap bibimu. Malamnya aku tidur di masjid Tambak Boyo. Ketika itu terucap janjiku dalam hati terhadap bibimu. Kalau aku bisa berjumpa dengannya aku akan minta maaf dan aku akan mengganti pakaiannya yang kena air liur itu dengan pakaian satu stel yang baru.  Sekarang aku malu terhadap bibimu. Kapan kamu ada sempat pulang mintakan maafku kepadanya ya !. Aku tidak ingin bertemu dengannya.  Aku malu sekali. Aku rasa permohonan maafku cukup melalui lidahmu saja. Aku yakin lidahmu lebih pas untuk bisa memintakan maaf kesalahanku terhadapnya.”

_____________________
Bersambung insyaalloh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!