Minggu, 15 April 2012

KASIH TAK SAMPAI. 5. Kata Maaf yang Indah (bag. 33) Menolak Uang


Sabtu malam minggu tanggal 09 Januari 2009 (tiga minggu setelah kehilangan dompetnya di bis) Romi tidak pergi kemana – mana. Setelah sholat isya ia hanya berjalan keluar – masuk kekamar saja. Ia tampak sangat gelisah sekali.

Sesekali Romi berdiri dihalaman asrama. Ia menengadah kelangit. Memandang bintang – bintang yang bertebaran disegala penjuru langit. Namun keindahan bintang – bintang itu tidak sanggup meredakan kegelisahannya. Sesekali ia meremas jemarinya. 

Tidak lama kemudian Romi berjalan menuju ke tempat air pancuran. Ia mengambil air wudlu. Selesai berwudlu ia masuk kedalam masjid. Sebelum duduk ia mendirikan sholat tahiyatul masjid dua roka’at lantas membaca Al – Qur’an.  

Setengah jam kemudian ia mengakhiri membaca Al – Qur’an. Ia menutup Al – Qur’an itu dan mengembalikannya ketempat semula. Lantas ia berjalan menuju asrama dan masuk kedalam kamarnya.
“Maaf ustadz ! Bolehkah aku bertanya ?” Tanya Syukur kepada Romi.

“Boleh saja. Bertanya tentang apa ?” Jawab Romi.

“Aku lihat sejak beberapa minggu ini ustadz tampak gelisah sekali. Tapi malam ini mungkin puncak kegelisahan yang ustadz alami. Apa benar begitu ustadz ?”

“Betul. Aku sedang gelisah. Tapi aku juga sedang senang.”

“Aneh kedengarannya. Susah kok senang. Senang kok susah. Apa maksdunya ?”

“Susah karena KTP, kartu OSIS dan kartu santriku hilang sejak tiga minggu yang lewat. Senangnya adalah ustadz Toha yang sedang belajar di Al – Azhar Mesir akan mentransfer uang untukku. Tapi susahnya lagi aku harus membuka rekening. Aku berjanji kepadanya bahwa besuk hari Senin aku sudah membuka rekening itu.  Persyaratan membuka rekening itu adalah KTP. Padahal KTPku sampai sekarang belum ketemu. Mau membuat KTP baru juga lama.” 

“Aneh kedengarannya. Mahasiswa di Al – Azhar Kairo itu butuh banyak uang. Tapi mengapa mau mengirim uang ke ustadz yang ada di Indonesia. Benar – benar aneh ustadz. Bagaimana bisa begitu ustadz ?”
“Itulah namanya keajaiban dunia. Uang dari sini dikirim kesana. Sementara uang dari sana dikirim kesini. Itu semua karena keadilan Alloh. Itulah rahasia Alloh. Memang kalau Alloh yang berkehendak tidak ada yang aneh. Bukankah kalau Alloh berkehndak DIA hanya berfirman “KUN” jadilah kamu. Maka sesuatu akan jadi.”

“Betul demikian ustadz. Tapi kalau boleh tahu bagaimana ceritanya ustadz mau dikirimi uang dari sana ?”

“Penasaran juga ya kamu ?”

“Betul ustadz. Aku sangat penasaran.”

 “Ceritanya begini. Beberapa bulan yang lewat Ustadz Toha kenal dengan gadis asli Mesir. Entah bagaimana ceritanya ia bisa kenal dengan gadis itu. Gadis itu cerita kepada Ustadz Toha bahwa ayahnya sakit tidak sembuh – sembuh. Padahal sudah diobatkan ke berbagai dokter dan ke pengobatan alternative. Tiba – tiba gadis itu meminta Ustadz Toha  untuk datang kerumahnya untuk menengok ayahnya. Kalau bisa untuk mengobati ayahnya yang sakit itu. Kita tahu bahwa Ustadz Toha ketika di Indonesiapun suka mengobat. Maka ketika itu ia mencoba datang kerumah gadis tersebut. Sampai dirumah gadis itu ia mencoba untuk mengobatinya. Setelah diobati dengan doa – doa besuk paginya ayah gadis tersebut sakitnya semakin ringan. Dan setiap kali Ustadz Toha datang mengobati sakit ayahnya berkurang. Maka Ustadz Toha diminta datang dan mengobatinya setiap tiga hari sekali. Setelah selama enam bulan diobatinya ayah gadis itu sembuh total.  Karena gembiranya maka keluarga gadis tersebut memberikan hadiah sebuah mobil. Tapi Ustadz Toha tidak mau diberi hadiah mobil. Lantas keluarga gadis itu memberikan hadiah uang senilai 75 juta. Saat awal Ustadz Toha mau mengobati ayah gadis tersebut ia meminta bantuanku. Bantuan doa pula dari sini. Kalau ia sembuh dan diberi hadiah oleh keluar si sakit Ustadz Toha berjanji akan memberi hadiah pula  kepadaku. Kemarin Ustadz Toha tilpun akan mengirimkan uang tujuh setengah juta untukku sebagai hadiah. Begitulah ceritanya.”

“Ooo…. Ceritanya bagus juga ya. Suatu ketika aku kepingin juga pergi ke Mesir dan belajar disana kalau bagitu. Siapa tahu bisa juga seperti Ustadz Toha.”

“Semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Kamupun ada kesempatan untuk berhasil seperti Ustadz Toha. Hanya bagaimana cara meraih dan menggunakan kesempatan yang ada.”

Syukur diam sebentar. Sudah lama ia ingin bisa berbincang – bincang dengan Ustadz Romi. Ia ingin menyampaikan tentang bibinya yang telah menemukan dompetnya. Yang didalam dompet itu ada KTP, kartu anggota OSIS, dan kartu santri milik ustadnya itu. Tiba – tiba ia ingin menggunakan kesempatan yang tepat. Ia tidak ingin melepaskan kesempatan yang benar – benar tepat itu. Sekaligus ia ingin jadi pahlawan bagi ustazdnya tersebut.

“Kenapa diam ?” Tanya Romi.

“Seumpama ada seseorang yang menemukan dompet ustadz, dan kemudian memberikan kepada ustadz apa yang akan ustadz lakukan ?” Tiba – tiba Syukur mneyeletuk.

“Aku akan memberikan hadiah kepadanya. Dan tentu aku akan menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam – dalamnya juga. Kalau mungkin orang tersebut akan aku jadikan saudaraku.” 

“Sekalipun orang tersebut pernah menyakiti ustadz ? Apakah ustadz akan tetap memperlakukan semacam itu ?”

Romi diam sejenak. Pertanyaan Syukur terasa lain. Getaran hatinya menemukan jawaban. Filingnya mengatakan bahwa Syukur mengetahui orang yang menemukan dompetnya.

“Hemmm …. Kenapa kamu bertanya beagitu ? Apakah kamu telah mengetahui orang yang menemukan dompetku ?”

Syukur tidak menjawab pertanyan ustadznya itu. Ia hanya menundukkan kepalanya. Jari telunjuknya menulis diatas lantai. Ia berat untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya telah diketahui.

“Kenapa diam saja ? Apakah kamu mengetahui orang yang menemukannya ?”

“Betul ustadz. Aku tahu orang yang telah menemukan dompet milik ustadz.” Jawab Syukur dengan suara terbata – bata.
______________________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!