Minggu, 15 April 2012

KASIH TAK SAMPAI. 4.Menolak Pemberian uang (bag. 31) SALING MENOLAK MENERIMA UANG



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "


“Untuk apa mama ? Mama mau sarapan dengan tiga bungkus roti itu ? Sebungkus saja mama tidak akan habis. Beratus sisir mama isinya.”

“Tidak usah banyak tanya ini sudah siang Sis !”
Siska mengambilkan tiga bungkus roti dan tas kresek yang diminta mamanya. Kemudian menyerahkan tiga bungkus roti itu kepada mamanya. Setelah itu Siska kembali duduk diluar. Sesekali ia melirik Romi yang penyot dan Rofiq yang tampan.
“Ini nak tasnya ! Mohon maaf nak kalau semalam tasnya aku suruh meninggalkan disini. Aku hanya takut terhadap orang – orang  yang tidak bertanggung jawab. Dulu sering terjadi semacam itu nak. Berlagak tidak punya uang mereka minta diberi pinjaman. Katanya mau kembali besuknya untuk membayar hutang makannya. Tahunya sampai sekarang tidak pernah kembali lagi.” Hajjah Aminah menyerahkan tas Romi dan memberikan tiga bungkus roti juga.
“Ooo …. Begitu. Tidak apa bu. Kalau tasku tidak menginap disini aku tidak akan kembali kesini. Seharusnya akulah yang minta maaf. Karena berani makan nasi diwarung ibu tanpa membawa uang sepeserpun.” Romi menimpali.
Sebelum pergi Romi mengamati tas kresek hitam. Ia membuka tas kresek hitam itu. Melihat apa yang ada didalamnya. Beberapa saat kemudian ia tahu bahwa isi tas kresek hitam itu adalah tiga bungkus roti.
“Hemmm … Terima kasih oleh – olehnya. Nanti bisa untuk adik – adik kami dirumah. Sebagai tanda terima kasihku maka ijinkan aku sedikir memberikan tali asih kepada putri ibu. Untuk sekedar  beli jajan besuk pagi disekolahnya.” Romi menimpali Hajjah Aminah.
Romi merogoh sakunya. Ia mengambil uang dari sakunya. Lantas memberikan uang itu kepada Siska.
“Maaf mbak ! Ini sedikit uang untuk rasa terima kasihku atas dirawatnya tas jelekku disini. Ambil saja bisa hanya sekedar untuk jajan disekolah besuk pagi.” Kata Romi kepada Siska.
“Berikan saja uang itu kepada mamaku. Beliau yang merawat tas itu, bukan aku. Maka yang berhak menerimanya adalah mamaku.” Tolak Siska dengan mencibir.
Siska tidak mau menerima uang pemberian Romi itu. Ia tidak simpati terhadap Romi yang wajahnya bengkak – bengkak itu. Hatinya bergumam “Hemmm … mengapa kamu memberikan uang kepadaku ? Apa kamu suka sama aku ? Walaupun kamu suka aku dan memberi uang kepadaku aku tidak akan suka kepadamu. Kenapa bukan pemuda yang tampan itu yang memberikan uang kepadaku ? Kalau pemuda yang satu itu tanpa memeberikan uang sepeserpun aku suka juga.”
Romi sangat malu terhadap penolakan Siska itu. Mukanya yang bengkak dan jelek bagaikan dikupas saja. Rasa hatinya pedih. Ia salah tingkah. Tetapi ia memaklumi terhadap penolakan Siska itu. Ia merasa salah. Karena belum kenal sama sekali berani memberikan uang kepadanya. Dan perbuatan dirinya memberikan uang uang itu memang kurang pas, kurang layak. Karena tindakan memberikan uang itu bisa diartikan negative.  Baik oleh Siska maupun orang lain. Dan bisa menimbulkan fitnah. Begitu pikir Romi.
“Oh, maaf kalau begitu ! Aku salah alamat. Terima kasih atas sarannya mbak.” Kata Romi kepada Siska.
Siska tidak merespon kata – kata Romi itu. Bahkan ia membuang mukanya. Kemudian ia berdiri dan masuk kedalam dapur. Tampak sekali Siska menghindari Romi.
“Maafkan nak putriku, Siska ! Sifatnya memang semacam itu ! Siska lagi ada masalah. Jadi mudah tersinggung.”
“Tidak apa – apa. Aku memaklumi. Akulah yang harus minta maaf kepada Siska. Karena aku sudah bertindak terlalu ceroboh. Kalau begitu ini uangnya untuk tiga bungkus roti yang aku bawa ini. Oke kalau begitu kami pamit duluan.”  Romi menyerahkan uangnya kepada Hajjah Aminah.
“Tidak. Tidak nak. Aku tidak mau menerima uang itu. Roti itu memang sengaja aku berikan sebagai oleh – oleh untuk adik – adikmu yang ada dirumah. Aku bersyukur bisa berkenalan denganmu nak. Ternyata kamu adalah orang yang tulus dan baik. Tidak seprti orang – orang yang aku jumpai sebelumnya. Sekarang akupun tahu bahwa kamu bukan pemuda seperti pemuda – pemuda sebayamu. Dengan kamu kembali kesini untuk membayar hutang dan dandanan semacam itu naluriku mengatakan bahwa kamu bukan sembarang pemuda.” Puji Hajjah Aminah.
“Ah jangan terlalu menyanjung ! Jangan terlena dengan hanya sekedar dandanan ! Semua orang bisa memakai pakaian yang macam apa saja. Tapi yang perlu diingat Alloh tidak melihat wajah seseorang, tidak melihat suara seseorang, tidak melihat pakaian,  tetapi Alloh melihat hati seseorang. Walaupun aku mempunyai pakaian semacam ini jangan lantas ibu menganggapku pemuda yang alim. Bisa juga aku pemuda yang sebaliknya.” Sanggah Romi.
“Kamu boleh bilang semacam itu nak. Tapi hatiku mengatakan bahwa kamu adalah pemuda yang baik. Kamu santri disebuah pesantren terkenal di Sarang kan ? Biasanya santri itu lain dibanding dengan yang bukan santri.”
“Sudahlah bu, uang ini aku tinggal disini. Uang ini aku sedekahkan saja. Kalau ibu tidak mau menerima silahkan diberikan kepada siapa saja. Boleh juga diberikan kepada pengemis. Sekarang juga aku pamit bu. Wassalamu’alaikum.”
“Sebentar… Sebentar ! Mana alamatmu nak ? Suatu ketika aku ingin berkunjung kerumahmu nak.” Pinta Hajjah Aminah.
“Insyaalloh besuk – besuk aku masih kesini lagi bu. Aku sering pergi ke Tuban kok. Maaf aku tergesa – gesa !”
“Ya sudah. Hati – hati ya ?”
Rofiq segera menstart mobilnya. Kemudian ia memacu mobilnya kearah barat. Arah Kecamatan Tambak Boyo.
“Romi ! Gadis tadi cantik ya ? Tapi sayang ia sangat sombong. Ketika kamu memberikan uang kepadanya ia mencibirmu. Ia membuang pandangannya. Kemudian ia pergi menghindarimu. Bagaimana perasaanmu ?” Tanya Rofiq kepada Romi.
“Betul cantik. Menurutku ia tidak sombong. Hanya karena ia punya masalah maka ia mudah tersinggung. Insyaalloh lain kali aku akan pergi kesana lagi. Karena penjual nasi itu terlalu baik sifatnya. Tapi aku lebih suka bicara yang lain saja. Aku tidak mau mencari – cari sifat negetifnya. Aku takut dosa. Sekarang ini yang aku pikirkan bagaimana aku segera sampai dirumah dan istirahat. Karena aku kurang tidur selama tiga hari ini.”   Jawab Romi.
“Oke… oke. Kalau kesana lagi aku mau mengawalmu.”
“Mengawal apa ?”
___________________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!