Rabu, 11 April 2012

KASIH TAK SAMPAI. 5 GELISAH (bag.26)


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "

Kebiasaan Tiara setiap malam minggu mesti membuat acara diluar rumah. Macam – macam acara  yang diadakan. Pergi kerumah kawan untuk sekedar menghilangkan rasa suntuk dan berdiskusi. Pergi ketempat – tempat hiburan dengan pacar. Pergi berkendara hanya sekedar mencari suasana baru. Pergi ketempat – tempat pusat perbelanjaan untuk shopping.

Malam minggu itu Tiara tidak pergi kemana – mana. Ia hanya didalam kamar saja. Ia sedang gelisah sejak bertemu dengan santri yang bernama Romi. Pikirannya melayang jauh ke tempat seseorang, Romi yang ada di daerah kabupaten Tuban.
“Hello sayang ! Jam berapa nanti aku jemput ?” Tanya seorang lelaki melalui tilpun seluler.
“Malas mas. Malam ini aku lagi tidak enak badan mas.” Jawab Tiara singkat terhadap Jaka, pacarnya.
“Sakit apa sayang ?”
“Tadi sore aku kehujanan jadinya badan panas dingin.”
“Oouu…. Sudah diobatin apa belum say ?”
“Sudahlah mas, tidak usah tanya – tanya lagi. Pikiranku lagi tidak bisa fokus !”
“Bagaimana acara nonton bareng, jadi apa tidak ?”
“Hemmm…. Apakah mas Jaka menghendaki aku jatuh sakit ? Aku sudah bilang jangan ganggu aku lagi ! Aku lagi tidak fokus mas. Aku lagi tidak mood mas. Aku lagi ingin istirahat.”
“Sayang banget. Aku sudah mempersipan segala sesuatunya agak special malam ini. Karena malam ini kan malam minggu menjelang akhir tahun. Terus aku harus pergi dengan siapa sayang ?”
“Terserah mas sajalah ! Mau pergi dengan siapa aku tidak urus.” Jawab Tiara bernada marah.
Malam ini Jaka merasakan ada sesuatu yang lain dengan Tiara. Sebelumnya Tiara tidak pernah berkata sekeras dan secuek itu terhadap dirinya. Ia timbul tanda tanya dihatinya. Tiba – tiba pikiran Jaka timbul su’udhon terhadap Tiara. Ia ingin membuktikan prasangka buruknya itu terhadap Tiara.
“Bagaimana kalau aku pergi sama Vivi sebagai penggantimu ?”
“Embuh aku tidak urus.” Jawab Tiara sambil mematikan HPnya.
Mendengarkan Jaka mau pergi dengan Vivi, darah Tiara naik. Ia marah campur cemburu terhadap Jaka. Karena Vivi adalah gadis cantik bekas pacar Jaka. Bahkan Tiara masih ingat ketika ia merebut Jaka dari Vivi. Sehingga sampai beberapa bulan Tiara tidak saling sapa dengan Vivi yang teman akrab satu jurusan dan pada semester yang sama. Hanya untungnya Vivi merasa kalah dan segera mencari pengganti Jaka. Setelah Vivi mendapatkan pengganti Jaka, ia berusaha menjalin hubungan yang baik lagi dengan Tiara.
Tiara melemparkan badannya disofa. Ia tengkurap dan menangis. Ia bimbang. Hatinya bergemuruh. Saat itu hatinya terbelah menjadi dua. Separoh hatinya masih menyimpan Jaka yang berkehidupan glamour. Separoh lagi terisi oleh Romi. Pemuda sederhana, santri yang tenang menghadapi berbagai hal, kokoh dalam pendirian, dan tidak mudah terjatuh dan terjebak dalam rayuan wanita.
Tiara membayangkan sifat – sifat positif Jaka. Membayangkan ketampanannya. Membayangkan kalimat – kalimat rayuannya yang sangat manis. Membayangkan kesetiannya. Membayangkan kecerdasannya. Membayangkan semangatnya yang tinggi. Membayangkan kepanadaiannya menebar semangat ketika dirinya lemah.
Tiara juga membayangkan sifat – sifat negative Jaka. Membayangkan mudahnya Jaka terbuai oleh rayuan kata – kata manis wanita. Membayangkan kesukaannya berjudi. Membayangkan kesukaannya minuman keras. Membayangkan sukanya menipu orang tuanya. Tiara juga membayangkan kemungkinan dirinya telah di tipunya. Membayangkan pula suka memanas – manasi seperti yang baru saja dikatakan “bahwa Jaka akan pergi dengan Vivi.”
Tiara tiba – tiba muak terhadap Jaka. Tapi hatinya masih mengakui bahwa Jaka masih menjadi Raja dihatinya.
Tiara membayangkan Romi. Pemuda itu begitu lugunya. Berbagai rayuan yang ditebarkan olehnya tidak mempan sama sekali. Membayangkan betapa kokohnya pendapat pemuda itu. Membayangkan betapa tenangnya menghadapi setiap orang. Membayangkan betapa hebatnya ilmu beladirinya. Membayangkan betapa mulia akhlaqnya.
Dalam hati Tiara terbersit bahwa pemuda itu bisa menggantikan Jaka sebagai raja di hatinya. Tetapi ia ragu. Memang diakhir pertemuannya, Tiara bisa menyimpulkan bahwa Romi tertarik terhadap dirinya. Walapun hanya sedikit. Tetapi ia tidak yakin apakah Romi mau dengan dirinya. Apakah Romi belum mempunyai pacar ?
Tiara membuka HPnya lagi. Ia SMS terhadap pacarnya, Jaka.
“Awas kalau kamu pergi nonton bersama Vivi ! Akan tammat riwayatmu.” Ancam Tiara terhadap Jaka dengan sangat keras.
Tiara mematikan HPnya lagi. Ia masih tengkurap disofa. Ia terus merenungkan tentang Romi. Ia bergumam “Hemmm… Apakah kamu juga memikirkanku malam ini Romi ? Romi, kalau saja alamatmu dekat, malam ini juga aku datang kerumahmu. Berbagai alasan akan aku buat. Hatiku tidak betah menahan rasa rindu ini. Aku seperti gila saja malam ini. Aku berjanji dalam hatiku. Suatu ketika nanti aku akan datang kerumahmu. Kamu akan aku taklukkan. Berbagai cara akan aku lakukan demi untuk menaklukkanmu. Sekalipun aku harus memakai jilbab layaknya santri atau bahkan layaknya ustadzah. Ataupun aku harus belajar agama lagi, maka aku akan belajar agama kepada sepupuku lagi . Mulai besuk aku akan belajar agama lagi dengan tekun.  Romi, mudah – mudahan malam  ini kamu juga memikirkanku.”***
Saat itu di belahan bumi Desa Sawir masih hujan. Rintik – rintik air masih menyapa dedaunan. Masih menyapa bumi. Begitu sampai rumah Lia segera melepaskan pakaian kotornya. Ia melemparkan pakaian tadi dibak tempat pakaian kotor. Segera ia menyambar handuk dan pergi kekamar mandi.  
Selesai mandi ia pergi kekamar dan tidak keluar lagi. Ia penasaran terhadap dompet yang ditemukan di dalam bis. Ia penasaran terhadap pemuda yang duduk disebeleh kanannya di bis. Pemuda yang telah menumpahkan air liurnya dibajunya sampai tembus kulit dadanya. Ia ingin mengetahui siapa sebenarnya pemuda itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!