Jumat, 27 April 2012

KASIH TAK SAMPAI. 5. Kata Maaf yang Indah (bag. 36)


“He he he…. Tenanglah bibi ! Jangan gelisah terus. Kalau gelisah terus bibi akan semakin kurus dan jatuh sakit lho.” 


“Bagaimana bibi tidak sedih, kalau dompet itu sampai sekarang belum diserahkan ? Kalau lama tidak kamu serahkan maka ustadzmu akan semakin jengkel ketika dompet itu kamu serahkan.”

“Maaf bibi ! Syukur hanya mencari waktu yang pas bibi. Kalau menyampaikan tidak pada waktu yang pas dan tepat takutnya dia malah marah.”

“Setiap hari alasannya kok sama. Alasannya selalu mencari waktu yang pas. Tapi kapan datangnya waktu yang pas itu ?”

“Apa hadiahnya kalau aku bisa menaklukkan ustadzku ?”

“Aneh kamu itu. Sama bibinya minta hadiah segala. Memangnya bibi ini sudah kerja apa ?”

“Kalau begitu gantianlah.”

“Gantian bagaimana ?”

“Aku akan merayu ustadz Romi agar ia mau minta maaf dan memberi hadiah kepada bibi. Kalau aku nanti berhasil bagaimana kalau hadiah itu untukku bibi ?”

“Hemmm…. Pikiranmu aneh – aneh saja. Masak yang salah bibi kok ustadzmu yang mau memberikan hadiah kepada bibi. Ini namanya mengharapkan sinar matahari ditengah malam.” 

“Tidak boleh mengumpamakan semacam itulah bibi. Karena aku tahu sifat – sifat ustadzku. Aku tahu kelemahannya juga. Dikala nanti aku tembak kelemahannya bisa juga apa yang mustahil bisa jadi kenyataan.”

“Ah …. Terserah kamu sajalah.”

“Jadi kalau aku berhasil hadiah itu untukku ya ?”

“Terserah kamu sajalah.”

“Bibi ikhlash benar ?”

“Huh … . Ikhlash… ikhlash.”

“Alhamdulillah. Aku berhasil bi. Ustadzku memberikan uang kepadaku seratus rupiah. Dan memberikan hadiah uang kepada bibi sejumlah empat ratus ribu rupiah. Maka saat ini kau mempunyai uang sejumlah lima ratus ribu rupiah. He he he … Bibi kalah denganku.”

“Kamu bilang apa Syukur. Kamu sudah gila ya ? Masak ustadzmu memberikan uang sebanyak itu kepadamu. Masak ustadzmu memberikan hadiah kepadaku orang yang telah berbuat salah kepadanya. Aneh kamu. Jangan melamun kamu !”

“Aku tidak melamun bibi. Ini beneran. Bibi tahu apa tidak tandanya ?”

“Tanda apa ?”

“Tandanya aku mendapat hadiah. Aku biasanya tilpun bibi hanya sebentar saja. Takut kehabisan pulsa. Sekarang aku berani tilpun bibi berlama – lama. Karena uangku banyak. Semalamanpun aku berani ngobrol sama bibi. Sekarang pulsa tidak jadi masalah lagi bagiku.”

“Hemmm …. Aku tetap tidak percaya. Kamu bisa tilpun lama karena dapat gratisan kan?”

“Bibi masih juga belum percaya ya ?”

“Aku tidak percaya sama. Aku bisa percaya kalau bisa kamu sambungkan dengan ustadzmu. Kalau ustadzmu yang berbicara baru aku percaya. Bisakah kamu menyambungkan dengan ustadzmu ?”

“Maaf bibi ! Aku sekarang tidak dipesantren. Aku lagi diluar pesantren. HP yang aku pakai tilpun ini HP biasanya itu. HP milik kenalanku pemuda kampung.”
 ____________________________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!