بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "
Beberapa
saat Tiara masih berdiri memandang
kearah hilangnya bis. Ia masih mengharapkan bisa melihat bis yang ditumpangi
Romi. Tapi harapannya hama. Ia baru sadar dari lamunan indah itu ketika ditegur
oleh pak polisi yang sedang keluar untuk melihat suasana.
“Masih
disini ? Menunggu siapa ?” Tegur pak polisi.
Teguran
pak polisi itu membuat Tiara terkejut. Ia menoleh kearah pak polisi.
“Hemmm
… Tidak… tidak pak polisi.” Jawab Tiara gugup.
“Dimana
suamimu ?”
“Dia
pulang duluan.”
“Ooo…. Kenapa tidak pulang bersama saja ?”
“Hemmm
… Belum waktunya.”
“Belum
waktunya ? Apa maksudnya ?”
Tiara
tidak menjawabnya. Ia hanya bergegas meninggalkan tempat itu. Ia menuju tempat
penitipan motor. Kemudian ia pulang dengan hati yang hampa. Sepanjang perjalanan
ia hanya melamun tentang Romi. Beberapa kali ia hampir menabrak kendaraan yang
ada didepannya. Dan sering pula berserempetan dengan kendaraan yang ada dikiri
dan kanannya. Untung saja tidak jatuh.
Sampai
di dalam bis Romi mencari tempat duduk yang masih kosong. Namun ia tidak mendapatkan
tempat duduk yang masih kosong. Maka ia
berdiri ditengah – tengah bis.
Setelah
bis berjalan ia terserang rasa kantuk. Beberapa kali ia mau terjatuh.
Ketika
kondektur mulai memungut karcis penumpang, Romi ditunjukkan sebuah tempat duduk
yang masih kosong oleh kondektur. Bangku
disebelah deretan kiri tengah. Romi berjalan menuju tempat duduk yang kosong
itu. Sampai ditempat duduk yang kosong itu Romi tidak jadi duduk. Ia melihat
disebelahnya ada wanita muda berusia sebaya dirinya.
Romi
memandang sepintas terhadap wanita
tersebut. Mulai dari wajahnya sampai keujung kakinya. Hidungnya mancung.
Bibirnya tipis berwarna merah. Bulu matanya besar – besar lentik membalik.
Rambutnya panjang terurai menjuntai kebahunya. Wanita tersebut tidak kalah
cantik dibanding Tiara.
Romi
tidak mau duduk disebelah wanita tersebut. Ia takut terjadi seperti apa yang
baru saja terjadi. Peristiwa yang menyebabkan dirinya dikeroyok oleh banyak
orang diterminal. Ia juga malu duduk disebelah wanita cantik tersebut. Karena
wajahnya yang penyot – penyot.
Kondektur
memaksa menyuruh Romi untuk duduk juga. Dengan alasan untuk memudahkan
menghitung dan memudahkan gerak penumpang yang akan naik lagi. Apalagi hari itu
Sabtu malam Minggu. Penumpang mesti akan berjejal.
Karena
dipaksa oleh kondektur untuk duduk, maka Romi duduk pula disebelah wanita muda
tersebut.
Wanita
muda itu memandang wajah Romi selayang saja. Wanita itu tahu bahwa muka Romi
bagaikan hantu. Penuh benjolan dan lecet – lecet. Wanita itu menyangka Romi adalah
orang jahat. Setelah memandang selayang itu wanita cantik tersebut membuang
pandangannya. Sepertinya wanita itu tidak suka kalau Romi duduk disebelahnya.
Dengan menggeser keluar lututnya wainta itu mempersilahkan Romi untuk masuk dan
duduk di tepi dinding bis.
Romi
mengetahui bahwa wanita tersebut tidak suka jika dirinya duduk disebelahnya.
Maka Romi berusaha melintasi lutut wanita itu untuk masuk ketempat duduk paling
kiri dengan hati – hati dan permisi lebih dulu. Sampai ditempat duduk paling
kiri ia duduk dengan baik dan menaruh tas bodolnya dibawah tempat duduk.
Romi
mengatur duduknya dengan baik agar tidak menimbulkan amarah wanita tersebut. Ia
duduk menempel dinding bis dan ia mengatur posisi untuk tidur. Ia meraih korden
bis sebagai alas kepalanya didinding bis. Tidak lama kemudian ia tertidur
pulas.
Romi
terbangun ketika dibangunkan paksa oleh kondektur. Ia setengah terkejut ketika
ditanya dan dipungut karcis.
“Turun
mana mas ?” Tanya kondektur kepada Romi.
“Apa
sudah sampai kok turun ?” Jawab Romi agak sedikit bingung.
“Kamu
mau turun dimana ?” Tanya kondektur yang kedua kali.
“Ooo
… Turun di Tambak Boyo pak.” Jawab Romi.
Kondektur
memberikan karcis untuk dibayar. Romi merogoh saku belakang celananya untuk
mengambil dompet. Ia membuka dompet itu dan mengambil uang untuk membayar
karcis. Karena masih sangat ngantuk, Romi menyimpan dompet itu asal – asalan
saja. Ia memasukkan dompet itu disaku depan samping kanan. Padahal saku depan
samping kanan itu sangat dangkal. Rawan jatuh dompetnya.
Wanita
cantik yang duduk disebelah kanan Romi itu mendengar bahwa Romi turun di Tambak
Boyo. Wanita itu sendiri turun di Sobontoro. Sobontoro sebuah desa sebelah
timur Kecamatan Tambak Boyo. Desa itu dipinggir jalan raya.
Wanita
itu bergumam “pemuda jelek, pakaiannya kotor, dan wajahnya penuh benjolan
dan lecet, baunya apek, jangan – jangan ia penjahat yang baru saja dihajar
orang.”
Bis
melaju tidak begitu kencang karena hujan belum reda. Bahkan masih lebat. Di
berbagai badan jalan tergenang air. Demikian juga mobil – mobil yang lainpun
berjalan pelan pula. Tetapi setelah sampai dijalan yang tidak tergenang air, bis tancap gas. Karena ingin mengejar waktu.
Ketika
bis berjalan cepat dan berpapasan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan para
penumpang terayun kekiri dan kekanan. Demikian juga Romi yang lagi tidur pulas.
Kepalanya terlempar kekiri dan kekanan. Ketika terlempar kekanan membentur bahu
dan dada wanita yang duduk disebelah kanannya. Dan ketika terlempar kekiri
membentur dinding bis. Ketika telempar kekanan segera didorong dengan kuat
kekiri oleh wanita yang duduk disebelahnya. Sehingga kepala Romi itu membentur
dinding bis dengan kuat. Dan Romipun terbangun. Begitu sepanjang perjalan.
Wanita
itu merasa terganggu. Ia jengkel terhadap Romi. Sepanjang perjalanan dibikin
tidak enjoy oleh kepala Romi. Sudah puluhan kali kepala Romi membentur bahu dan
dadanya. Ia benar – benar jengkel. Ia ingin pindah tempat duduk. Tetapi tidak
mungkin karena penumpang bis sangat penuh. Tempat duduk penuh dan di lorong
bispun penuh pula dengan penumpang yang berdiri.
_____________________
Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!