بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
"Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "
Selama
kejadian itu berlangsung Tiara hanya menyaksikan dari jauh. Ia bingung mau
berbuat apa. Karena dalam hatinya sedang gemuruh perang diantara dua rasa. Rasa
sayang dan rasa geram.
Satu
sisi Tiara sangat menyayangi Romi. Ia kasihan melihat Romi ketika dikeroyok rame – rame oleh puluhan
orang terminal. Karena Romi tidak bersalah. Tiara merasa dirinyalah yang salah,
bukan Romi. Ia ingin menolong sebisanya. Ia ingin menyelamatkannya. Disisi yang
lain ia geram terhadap Romi. Karena perasaan hatinya ditolak oleh Romi. Maka ia
membiarkan Romi dikeroyok oleh orang – orang yang ada diterminal.
Tiara
pergi menuju pos polisi unit terminal itu pelan – pelan sambil membawa tas
usang milik Romi. Ia ingin melihat kondisi orang yang disayanginya itu. Ia
tetap berharap dari peristiwa itu Romi berubah pikiran. Berubah bisa menerima
rasa sayang dirinya. Tiara berharap dalam hati Romi tumbuh rasa kebutuhan
terhadap pembelaan sesorang. Dan seseorang itu adalah dirinya.
Tiara
melihat semua kejadian yang baru saja menimpa Romi. Mulai dari di kejar –
kejar, dipukul, ditendang, dibanting sampai terjatuh digenangan air hujan. Ia
menyadari bahwa semua itu karena ulah dirinya. Yaitu ia telah memegang erat tas
Romi dari belakang. Sehingga Romi terjatuh kegenangan air hujan ketika Romi
berusaha lari menju bis jurusan Jakarta. Peristiwa ini menyebabkan Romi dianggap
sebagai seorang pencopet oleh orang – orang yang ada diterminal. Kalau saja ia
membiarkan Romi pergi begitu saja tentu Romi tidak akan celaka.
Sebenarnya
ia merasa malu membawa tas yang sangat usang itu. Sebuah tas yang sangat tidak
layak dibawa oleh wanita secantik Tiara. Tas yang terlalu jelek bagi Tiara.
Kalau saja ia tidak sayang sama Romi, maka tas usang itu dibuang begitu saja
oleh Tiara ditempat sampah.
Beberapa
saat kemudian para pengejar Romi sampailah di pos polisi. Mereka minta kepada polisi
agar Romi diserahkan kepada mereka. Atau Romi segera dihajar karena telah
mencopet tas milik seorang wanita.
“Pencopet
… pencopet… Hajar saja pak polisi ! Hajar saja biar mampus !” Teriak para
pengejar.
“Sebentarrrr….
Jangan dihajar …!!!” Teriak Tiara dengan suara keras.
Para
pengejar tersebut menoleh kearah Tiara. Terkejut. Mereka heran. Mengapa sikap
Tiara dingin saja terhadap orang yang mencopet barangnya. Mengapa tidak ada
rasa marah terhadap lelaki yang telah mencopet barangnya.
“Kenapa
? ” Tanya salah seorang yang mengejarnya.
Tiara
hanya diam mendapat pertanyaan itu. Ia tidak menjawabnya. Ia malah memandang
kearah Romi duduk. Ia memperhatikan wajah Romi yang lecet – lecet berdarah dan
bengkak – bengkak. Ia juga melihat kondisi pakaian Romi yang memprihatinkan.
Pakaian yang jelek, lusuh, koyak, dan basah. Ia melihat Romi tampak kedinginan.
Wajah tampan Romi berganti jelek. seperti hantu. Karena dipenuhi oleh luka,
bengkak dan benjolan. Maka hati Tiara semakin merasa kasihan.
Hati
Tiara tersayat melihat kondisi Romi yang sangat memprihatinkan itu. Hati Tiara
berdesir. Rasa kasihan itu menambah rasa simpatiknya terhadap Romi. Tidak lama
kemudian keluarlah air mata dari balik kaca mata hitamnya. Air mata cinta. Tiara, Pencopet
Cinta itu, menangis.
“Kenapa
menangis non ?” Tanya para pengejar Romi kepada Tiara.
Tiara
tidak menjawab. Ia hanya menggelengkan kepalanya.
“Pak
polisi, wanita itu menangis karena sedih. Tas yang tadi diambil pencopet itu
rusak. Talinya putus. Ia tentu minta ganti.” Lapor seorang pengejarnya kepada
pak polisi.
____________________________
Insyaalloh bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!