Kamis, 05 April 2012

KASIH TAK SAMPAI. 3. Gadis Angker Sang Penodong (bag. 18)



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "

Selama kejadian itu berlangsung Tiara hanya menyaksikan dari jauh. Ia bingung mau berbuat apa. Karena dalam hatinya sedang gemuruh perang diantara dua rasa. Rasa sayang dan rasa geram.
Satu sisi Tiara sangat menyayangi Romi. Ia kasihan melihat Romi  ketika dikeroyok rame – rame oleh puluhan orang terminal. Karena Romi tidak bersalah. Tiara merasa dirinyalah yang salah, bukan Romi. Ia ingin menolong sebisanya. Ia ingin menyelamatkannya. Disisi yang lain ia geram terhadap Romi. Karena perasaan hatinya ditolak oleh Romi. Maka ia membiarkan Romi dikeroyok oleh orang – orang yang ada diterminal.


Tiara pergi menuju pos polisi unit terminal itu pelan – pelan sambil membawa tas usang milik Romi. Ia ingin melihat kondisi orang yang disayanginya itu. Ia tetap berharap dari peristiwa itu Romi berubah pikiran. Berubah bisa menerima rasa sayang dirinya. Tiara berharap dalam hati Romi tumbuh rasa kebutuhan terhadap pembelaan sesorang. Dan seseorang itu adalah dirinya.

Tiara melihat semua kejadian yang baru saja menimpa Romi. Mulai dari di kejar – kejar, dipukul, ditendang, dibanting sampai terjatuh digenangan air hujan. Ia menyadari bahwa semua itu karena ulah dirinya. Yaitu ia telah memegang erat tas Romi dari belakang. Sehingga Romi terjatuh kegenangan air hujan ketika Romi berusaha lari menju bis jurusan Jakarta. Peristiwa ini menyebabkan Romi dianggap sebagai seorang pencopet oleh orang – orang yang ada diterminal. Kalau saja ia membiarkan Romi pergi begitu saja tentu Romi tidak akan celaka.  

Sebenarnya ia merasa malu membawa tas yang sangat usang itu. Sebuah tas yang sangat tidak layak dibawa oleh wanita secantik Tiara. Tas yang terlalu jelek bagi Tiara. Kalau saja ia tidak sayang sama Romi, maka tas usang itu dibuang begitu saja oleh Tiara ditempat sampah.

Beberapa saat kemudian para pengejar Romi sampailah di pos polisi. Mereka minta kepada polisi agar Romi diserahkan kepada mereka. Atau Romi segera dihajar karena telah mencopet tas milik seorang wanita.
“Pencopet … pencopet… Hajar saja pak polisi ! Hajar saja biar mampus !” Teriak para pengejar.

“Sebentarrrr…. Jangan dihajar …!!!” Teriak Tiara dengan suara keras.

Para pengejar tersebut menoleh kearah Tiara. Terkejut. Mereka heran. Mengapa sikap Tiara dingin saja terhadap orang yang mencopet barangnya. Mengapa tidak ada rasa marah terhadap lelaki yang telah mencopet barangnya.

“Kenapa ? ” Tanya salah seorang yang mengejarnya.

Tiara hanya diam mendapat pertanyaan itu. Ia tidak menjawabnya. Ia malah memandang kearah Romi duduk. Ia memperhatikan wajah Romi yang lecet – lecet berdarah dan bengkak – bengkak. Ia juga melihat kondisi pakaian Romi yang memprihatinkan. Pakaian yang jelek, lusuh, koyak, dan basah. Ia melihat Romi tampak kedinginan. Wajah tampan Romi berganti jelek. seperti hantu. Karena dipenuhi oleh luka, bengkak dan benjolan. Maka hati Tiara semakin merasa kasihan. 

Hati Tiara tersayat melihat kondisi Romi yang sangat memprihatinkan itu. Hati Tiara berdesir. Rasa kasihan itu menambah rasa simpatiknya terhadap Romi. Tidak lama kemudian keluarlah air mata dari balik kaca mata hitamnya. Air mata cinta. Tiara, Pencopet Cinta itu,  menangis.   

“Kenapa menangis non ?” Tanya para pengejar Romi kepada Tiara.

Tiara tidak menjawab. Ia hanya menggelengkan kepalanya.

“Pak polisi, wanita itu menangis karena sedih. Tas yang tadi diambil pencopet itu rusak. Talinya putus. Ia tentu minta ganti.” Lapor seorang pengejarnya kepada pak polisi.
____________________________ 
Insyaalloh bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!