بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "
“Pak
polisi, wanita itu menangis karena sedih. Tas yang tadi diambil pencopet itu
rusak. Talinya putus. Ia tentu minta ganti.” Lapor seorang pengejarnya kepada
pak polisi.
“Tenang
! Sebentar ! Biarlah kami yang menyelesaikan masalah ini.” Pinta seorang polisi
kepada para pengejar Romi.
“Apa
betul kamu pencopet ? Dan apa yang kamu copet ?”Tanya seorang polisi kepada
Romi.
Romi
menata duduknya. Ia mengambil nafas dalam – dalam sebelum menjawab pertanyaan
polisi tersebut. Dengan suara yang mantab ia menjawab pertanyaan polisi itu.
“Aku
bukan pencopet pak polisi. Hanya karena kesalah fahaman saja aku dikejar dan
dihajar mereka.” Jawab Romi.
Mendengar
jawaban Romi itu para pengejarnya geram. Mereka teriak.
“Kurang
ajar. Pencopet mengaku bukan pencopet. Lepaskan pak polisi biar kami hajar.”
Teriak para pengejar Romi.
“Tenang
! Tenang saja ! Akan kami selesaikan dengan baik. Jangan khawatir ! Insyaalloh
pasti beres.” Terang seorang polisi kepada mereka.
Polisi
itu lantas mendekati Tiara dan bertanya kepada Tiara.
“Apa
betul tasmu rusak karena direbut pencopet itu ?” Tanya seorang polisi kepada
Tiara.
“Tidak
pak. Itu tidak betul.” Jawab Tiara pendek.
“Lanta
apa yang terjadi ?”
“Akulah
yang salah pak polisi.”
“Salah
bagaimana ?”
Sebelum
menjawab Tiara memandang kearah Romi yang duduk di pojok. Saat itu pandangan
Tiara bertemu dengan pandangan Romi. Hati Tiara semakin berdesir.
“Tas
ini miliknya. Ketika dia mau mengejar bis tas ini masih aku pegang. Jadi dia
terjatuh. Saat terjatuh itu orang – orang yang ada disekitar kami salah paham.
Mereka menganggap bahwa lelaki itu pencopet. Maka mereka mengejarnya. Saat itu
aku tidak bisa berbuat apa – apa.” Jawab Tiara.
Kemudian
polisi itu menoleh kearah Romi dan bertanya bertanya.
“Apakah
tas itu milikmu ?”Tanya polisi kepada Romi.
“Betul
pak polisi. Tas jelek itu milikku.” Jawab Romi.
Polisi
itu kembali menanya Tiara.
“Siapakah
dia ? Apakah dia suamimu ?” Tanya polisi kepada Tiara.
Tiara
tidak menjawab dengan suara. Ia hanya menganggukkan kepalanya. Anggukan tanda
setuju. Anggukan tanda jawaban “ya”.
“Tolong
sebutkan siapa nama, alamat dan pekerjaanmu ! Dan sebutkan juga apa saja yang
ada didalam tas itu ?” Tanya polisi kepada Romi.
“Namaku
Romi. Aku hanyalah seorang pelajar dan santri di sebuah pesantren di Sarang,
Rembang. Alamatku desa Belik Anget Kecamatan Tambak Boyo Kabupaten Tuban. Yang
ada dalam tas itu diantaranya adalah sebuah Al – Qur’an kecil yang sudah jelek.
Selembar sajadah berwarna hijau meneduhkan. Selembar kain sarung warna putih
untuk sholat. Sebuah peci hitam, dan sebuah putih. Sebuah celana berwarna hitam
yang juga jelek. Sebuah kaos pink pudar yang jelek juga. Sebuah buku harian.
Dan sebuah falashdisk kapasitas 4 giga.” Jawab Romi.
Pak
polisi mencatat semua apa yang disebutkan oleh Romi di buku harian kantor pos
polisi unit terminal Bungurasih. Selesai mencatat pak polisi meminta KTP Romi
untuk mencocokkan apa yang disebutkan oleh Romi. Beberapa saat pak polisi
memeriksa KTP itu. Ternyata apa yang disebutkan oleh Romi cocok dengan apa yang
tertulis di KTP.
Selanjutnya
pak polisi meminta tas usang milik Romi yang dibawa oleh Tiara. Pak polisi
mencocokkan isi tas usang itu dengan apa yang disebutkan oleh Romi. Pa polisi
membuka tas tersebut. Ia mengeluarkan semua isinya. Ternyata benar apa yang
disebutkan oleh Romi. Isi tas tersebut persis seperti apa yang disebutkan oleh
Romi. Sebuah Al – Qur’an kecil yang sudah jelek. Selembar sajadah berwarna
hijau meneduhkan. Selembar kain sarung warna putih untuk sholat. Sebuah peci hitam,
dan sebuah putih. Sebuah celana berwarna hitam yang juga jelek. Sebuah kaos
pink pudar yang jelek juga. Sebuah buku harian. Dan sebuah flashdisk kapasitas
4 giga.
Para
pengejar Romi bengong melihat isi tas usang itu. Mereka malu terhadap Romi.
Karena sudah bertindak kasar dan brutal terhadapnya. Mereka menyesal telah
berbuat tidak senonoh terhadap orang yang tidak bersalah. Apalagi ternyata yang
mereka hajar adalah seorang santri. Maka salah seorang dari mereka meminta maaf
kepada Romi atas kecerobohan mereka. Begitu mengetahui bahwa orang yang
dikejarnya bukan pencopet para pengejarnya itu segera bubar. Mereka malu telah
memperlakukan orang baik – baik bak penjahat saja. Tidak lama kemudian orang –
orang yang ada di depan pos polisi tidak ada lagi.
Sejak
kedatangan Tiara didepan pos polisi itu Rami selalu memperhatikan tingkah
Tiara. Ia tahu ketika Tiara mengeluarkan air mata. Ia juga tahu ketika polisi
bertanya kepada Tiara apakah dia suamimu dan Tiara menjawab “Ya”. Ia
tahu bahwa begitu tulusnya Tiara menaruh rasa pada dirinya. Maka
dihati Romi ada sebuah benih getaran yang menjalar keseluruh tubuhnya. Getaran
yang indah. Mungkin itu sebuah getaran yang lazim dialami anak – anak muda
seusianya. Getaran yang berupa Virus Merah Jambu.
Tiara
terbelalak ketika melihat isi tas usang itu. Ia tidak pernah menyangka kalau
seorang pemuda gagah dan tampan pergi ke Surabaya hanya berbekal Kitab Suci.
Kitab pegangan hidup. Ia tersipu malu telah merayu Romi. Ternyata dirinya oleh
Romi diukur dengan Al – Qur’an. Maka ia merasa kecantikannya tidak ada apa –
apanya disbanding dengan kecantikan Al-Qur’an. Ia berjanji dalam hati suatu
saat harus bisa lebih dekat dan lebih dekat lagi dengan Romi. Kalau bisa hidup
dibawah satu atap dalam sebuah rumah tangga. Ia berjanji dalam hati ingin
segara merubah gaya hidupnya yang glamour menuju gaya hidup yang sesuai dengan gaya
hidup Romi. Hidup sederhana dalam penampilan. Kokoh dalam mempertahankan
pendapat. Tenang dalam menghadapi semua masalah. Bersikap manis terhadap
siapapun. Sehingga bisa menarik simpati kawan bicaranya. Hidup sesuai dengan
tuntunan – tuntunan dari Sang Pencipta.
Hujan
masih lebat. Tetes – tetes air dari langit tampak indah. Menghiasi keindahan
hati Romi dan dan hati Tiara. ***
Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!