Romi
diam, tidak bisa menjawab apa yang diungkapkan oleh Tiara tersebut. Ia diam
seribu bahasa. Ia mendengar apa yang dikatakan Tiara itu benar – benar asing
ditelinganya. Selama dipesantren ia tidak pernah mendengarkan kata – kata
seperti itu. Rayuan yang menjadikan Romi
tersipu malu bercampur takut.
Romi
melemparkan pandangannya kearah anak – anak kecil terminal yang lagi asik
bermain – main air hujan. Anak – anak kecil yang lari kesana – kemari hanya
memakai celana pendek saja. Mereka tampak bahagia dengan hujan lebat itu.
Romi
berharap segera ada bis jurusan Jakarta. Ia tidak lagi menunggu bis Indonesia.
Asal ada bis jurusan Jakarta ia akan naik saja. Ia benar – benar tidak enak
duduk berlama – lama dengan Tiara, Si gadis cantik penodong cinta.
Ia ingin segera lepas dari bahaya rayuan Tiara yang benar – benar sanggup
menghanyutkan.
“Mengapa
tidak di jawab mas ?” Tanya Tiara dengan nada kesal.
“Ma’af
Tiara, aku tidak pandai menjawab pertanyaanmu.” Jawab Romi dengan suara
terputus – putus.
“Masak
menjawab ya begitu saja tidak bisa ?”
“Betul.
Aku tidak bisa menjawab ya. Karena jawaban itu akan bisa menjerat
dan membelitku.”
“Menjerat
dan membelitmu ? Aneh sekali. Menjerat yang bagaimana ?”
“Aku
saat ini sedang menempuh pelajaran akhirku dipesantren. Dengan aku menjawab ya,
maka itu akan beresiko tinggi. Aku bisa gagal mendapatkan syahadah
(ijazah) sekolahku dipesantren.”
“Okelah
kalau begitu. Aku sekarang hanya ada satu permintaan saja. Bolehkah ?”
“Kalau
aku senggup memenuhi ya akan aku kasih. Kalau tidak mohon ma’af saja.
Permintaan apa itu ?”
“Aku
hanya minta nomor HP.”
“Ma’af
Tiara ! Aku tidak bisa memberikan nomor HPku.”
“Hemmm
… Mas Romi tampak ramah, ternyata sangat sombong. Dalam keramahan dan
ketampananmu ternyata tersimpan ego dan kesombongan yang luar biasa besar.
Hanya diminta nomer HP saja tidak mau memberikan. Sok alim. Awas lain kali ya
!”
Romi
ingat beberapa hadits yang pernah dipelajari di pesantren Sarang diantaranya :
1.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan
Imam Muslim yang artinya : “Tiada aku meninggalkan suatu fitnah sesudahku lebih berbahaya
terhadap kaum pria daripada godaan wanita. (HR. Bukhari dan Muslim)”
2.
Haadits
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya : “Janganlah
laki-laki berduaan dengan perempuan (lain) kecuali perempuan itu didampingi
mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan perjalanan (musafir)
kecuali didampingi mahramnya. (HR. Muslim)”
Maka ia berusaha untuk menghindari Tiara. Ia berdiri dari tempat
duduknya dan berjalan menuju pinggir bangunan tempat istirahat terminal itu.
Hujan
masih sangat lebat. Bahkan semakin lebat. Gemuruh suara air hujan sanggup
meredam suara pembicaraan antara Romi dan Tiara bagi orang – orang yang duduk
di sekitarnya.
Saat
itu Tiara sangat geram terhadap tingkah Romi. Pemuda yang lugu, dengan pakaian
yang terlalu lusuh itu tidak mau menerima perasaan hatinya. Padahal penampilan
Romi tidak lebih gaya dibanding dengan kawan – kawan kuliahnya. Romi hanyalah
Romi. Kaos yang dipakainya sudah terlalu kusam, celananya lusuh, sandal
carvilnya sudah terlalu usang untuk dipakai dilingkungan kota Metropolitan
Surabaya. Tetapi Romi sanggup menolak perasaan hati Tiara.
_____________________
Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!