بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
"Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang "
“Maaf
aku bukan pencopet ! Jagan pukuli aku ! Ayolah bicaralah baik – baik saja di
pos polisi sana itu !”
“Hemmm
… Kurang ajar, pencopet mengaku bukan pencopet. Pandai pula kamu mengelabuhi
kmi. Ayo kita hajar !” Teriak salah seorang diantara mereka yang paling besar
diantara mereka.
“Maaf
saudaraku ! Jangan kalian memaksaku untuk mengakui apa yang tidak aku kerjakan
! Ayo kita biacara baik – baik saja di pos polisi itu !”
“Ayo
kita sergap saja ! Ia berusaha mengalihkan perhatian kita. Setelah kita lengah
dia akan kabur. Ia akan melarikan diri.”
“Astaghfirullohal
‘adhim … Kalian tidak percaya denganku. Jangan salahkan aku kalau diantara
kalian ada yang terluka.”
“Bangsat.
Dasar pencopet, sudah terjepit mengancam pula. Ayo kita sergap rame – rame !”
Teriak orang tersebut.
Romi
pasang kuda – kuda. Kedua tangannya ditaruh didepan dadanya. Mengepal. Kaki
kirinya menjulur kedepan dan kaki kanannya dibelakang. Jari – jari kakinya
mengeras. Ia berposisi kuda – kuda berat belakang. Ia mengambil nafas dalam –
dalam. Matanya melirik kearah samping kanan dan kiri. Ia melirik celah yang
bisa diterobos untuk segera lari ke pos polisi. Ketika beberapa orang
menyergapnya dengan cepat Romi menggerakkan kaki dan tangannya dengan sangat
cepat pula.
Seketika
itu Romi bagaikan pendekar pilih tanding ala di film – film Kung Fu
China. Ia bergerak cepat. Badannya meliuk – liuk dengan lentur dan indah.
Kakinya yang berotot berkelebat dengan cepat. Tangannya yang perkasa memutar –
mutar halus dengan sangat cepat pula.
Romi
meloncat kearah samping kiri dan kanan. Kebelakang dan kedepan. Sesakali setelah
ales, ia membalas serangan itu dengan tendangan kakinya. Sesekali setelah
menangkis, ia membalasnya dengan pukulan tangannya yang keras. Beberapa balasan
serangannya itu bersarang di badan pengeroyoknya. Beberapa orang yang terkena
balasan serengan itu terjatuh. Terjerembab kedalam genangan air hujan. Dan
mereka mengerang kesakitan.
Perkelaian
sudah berjalan beberapa waktu. Sudah banyak korban tendangan Romi yang
berjatuhan. Demikian juga Romi. Ia terkena pula tendangan beberapa kali dan
pukulan dari pengeroyoknya. Namun lama – lama Romi terjepit oleh mereka.
Perkelahian itu tidak imbang. Karena semakin lama, semakin banyak orang yang
datang untuk mengeroyoknya. Tenaga Romi
terkuras pula. Sebelum terlambat, pada situasi yang demikian ia ingin
menggunakan Ilmu Simpananya. Sebuah ilmu asma’ karomah
yang pernah dipelajarinya di sebuah pesantren yang berada di Josremo (Darus
Sama’ = rumah langit) Surabaya. Yaitu sebuah ilmu yang bisa untuk melumpuhkan
orang lain berapapun jumlah lawannya dalam waktu sekejap. Atau sebuah ilmu yang
bisa untuk mengambil tenaga orang lain dalam waktu singkat. Sehingga lawan –
lawannya bisa segera lumpuh semuanya dalam waktu singkat.
Romi
buru – buru mengurungkan niatnya. Ia merasa tidak layak menggunakan ilmu itu
pada saat yang demikian. Karena lawannya bukanlah musuh. Tetapi lawannya
hanyalah orang – orang yang salah paham. Mereka orang – orang yang berniat
baik. Mereka ingin menolong Tiara. Ingin menyelamatkan Tiara dari kejahatan
seorang pencopet. Sekaligus mereka ingin memberi pelajaran kepada pencopet,
Romi. Agar Romi tidak melakukan pencopetan lagi. Agar Romi tidak menyusahkan
orang lain lagi. Agar Romi sadar bahwa kejahatan itu balasannya juga kejahatan
baik didunia maupun diakherat. Ia sadar ilmu itu hanya pantas digunakan ketika
berhadapan dengan musuh yang sesungguhnya. Musuh yang ingin membunuh dirinya.
Musuh yang ingin menghancurkan dirinya.
Setelah
berfikir demikian maka Romi cepat mengambil keputusan. Ia melompat dan
menerobos sela – sela pengeroyoknya. Ia lari menuju pos polisi.
Namun
tidak mudah menerobos barisan orang – orang yang sudah berlapis mengepungnya.
Tidak mudah ia bisa menyisihkan sebegitu banyaknya orang. Ia harus punya taktik
dan mengeluarkan tenaga extra agar bisa mencapai maksud tersebut.
Cara
yang sedikit mudah untuk menerobos barikade itu, Romi harus menerobos bagian
yang paling tipis. Dan barikade yang paling tipis itu, sisi yang kearah
turunnya air hujan.
Setelah
mengambil nafas dalam – dalam, Romi menyibakkan tangan. Ia mendorong sekuat
tenaga orang – orang yang ada disamping kanannya. Beberapa orang terjatuh. Romi
segera meloncat ke area yang terbebas. Yaitu area yang terguyur air hujan. Tapi
sial bagi Romi. Kaos yang menutup punggung Romi ditarik dari belakang dengan
sekuat tenaga oleh salah seorang pengejarnya. Maka kaos Romi sobek dan Romi
terjerembab ketanah. Maka wajah Romi
membentur ke tanah pavingan.
Romi
segera bangun . Ia merasakan wajahnya
pedih kena air hujan. Lantas mengusap wajahnya dengan tangan kiri. Setelah itu
ia melihat telapak tangan kirinnya. Ia terkejut karena pada telapak tangannya
terdapat darah. Wajahnya terluka.
Romi
segera bangkit dan lari menuju pos polisi lewat area yg terguyur hujan. Agar
tidak dikejar orang banyak. Sampai didepan pos polisi unit terminal Bungurasih
ia segera masuk tanpa permisi. Sampai didalam pos itu ia segera minta
perlindungan kepada seorang polisi yang sedang jaga di terminal tersebut.
Selama
kejadian itu berlangsung Tiara hanya menyaksikan dari jauh. Ia bingung mau
berbuat apa. Karena dalam hatinya sedang gemuruh perang diantara dua rasa. Rasa
sayang dan rasa geram.
_________________________________Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!