“Jujur
sajalah ! Tidak usah berbelit ! Tentu kamu menyukainya bukan ? Asal tahu saja
dia bernama Tiara. Dia sedang kuliah di fakultas hukum, semester 3.”
“Aku
katakan jujur saja, bahwa aku mengaguminya. Tapi aku tidak ingin memilikinya.”
“Kenapa
?”
“Banyak
hal. Tidak bisa aku uraikan. Takut menyinggung perasaanmu dan perasaannya juga
jika suatu ketika ia mendengarkan apa yang aku sampaikan kepadamu.”
“Tidak
usah begitu! Katakan saja ! Ini masih siang akhiy. Waktu masih cukup untuk
sedikit ngobrol. Di terminal masih banyak bis jurusan ke Jakarta. Jangan
khawatir kehabisan bis !”
“Bolehkan
aku bertanya sedikit tentangnya? Tapi maaf sebelumnya kalau pertanyaanku tidak
berkenan di hatimu ! Karena ini
menyangkut masalah idealisme masing – masing individu.”
“Tanya
masalah apa ? Masalah dia ? Tentu boleh saja. Kenapa tidak boleh.”
“Dimana
dia sekolah sebelum kuliah di fakultas hukum ? Dia mengaji dimana dan sampai
tingkatan apa pengetahuan agama atau ngajinya ? Siapakah ayah dan ibunya ?”
“Hem…
Aneh juga pertanyaanmu. Tapi okelah akan aku jawab. Sebelum kuliah ia bersekolah
di SMA I Surabaya. Sekolah terfavorit bagi masyarakat Surabaya ini. Ia termasuk
murid yang cerdas. Dulu ngaji TPQnya dimasjid sebelah sungai yang diasuh oleh
sepupunya. Tapi ia tidak tamat. Kalau pengetahuan agamanya aku tidak bisa
mengukur. Tampaknya ia rajin jamaah dengan keluarganya di musholla rumahnya.
Ayahnya adalah seorang pengacara. Dan ibunya seorang bidan.”
“Maaf
Hasan ! Jujur saja. Kalau benar semacam apa yang kamu sebutkan tentang
pendidikan umum dan agamanya, aku bisa menebak. Gadis secantik dia tidak
mungkin ia tidak punya pacar. Aku yakin sejak sekolah SMA ia mesti sudah mempunyai
pacar. Bahkan mungkin tidak hanya satu.”
“Lha
yalah. Tentu ia punya pacar. Bahkan ketika masih sekolah SMA dulu, ia menjadi
rebutan teman – teman sekolahnya. Pemuda di kampung sinipun banyak yang ingin
mendapatkan kasih sayangnya. Tetapi entah kenapa, sampai sekarang tampaknya ia belum
menentukan pilihan. Aku tahu pemuda yang datang kerumahnya berganti - ganti saja.
Itu menunjukkan bahwa pemuda yang menyukainya sangat banyak. Itu bukti bahwa
pacarnya tidak hanya satu. Mungkin ia masih menunggu kedatangan sesorang.
Seseorang tadi mungkin santri dari daerah Tuban.”
“Siapa
pemuda tersebut ?” Tanya Romi heran.
“Dia
adalah… Romi….He he he …”
“Hem
jangan ngaco kamu ya ! Ingat Hasan ! Gadis seperti Tiara yang keadaannya
seperti yang kamu sebutkan mungkin akhlaqnya tidak semulus wajahnya. Mungkin akhlakhnya
sudah tercemar. Maka aku tidak tertarik sedikitpun. Abahku akan murka kepadaku
kalau aku mengharapkannya. Lagi pula Tiara tidak akan sudi melihat diriku yang
hanya santri kampungan ini.”
“Apa
maksudmu ?” Tanya Hasan sedikit marah dan terkejut.
“Dari
reaksimu terhadap pernyataanku itu, aku tahu bahwa kamulah yang sebenarnya
sangat ingin bisa meraih Tiara. Tidak usahlah kamu melemparkan kepadaku. Asal
tahu saja, kalau seandainya pipi Tiara berupa agar - agar atau pisang goreng,
maka pipinya itu sudah lumat dan berkeping – keping. He he
he …”
“Apa
maksudmu ?”
“Tadi
kamu bercerita bahwa sejak SMA Tiara sudah menjadi rebutan kawan – kawannya.
Sekarangpun banyak pemuda yang datang kerumahnya. Mereka ingin mendapatkan
kasih sayang Tiara. Kita tahu bahwa pemuda yang berani datang kerumahnya tentu
pemuda yang sudah akrab benar dengannya. Pemuda yang berani datang kerumahnya
kemungkinan pemuda yang sudah ada hubungan kepentingan diluar kepentingan yang
wajar. Pemuda yang sudah akrab itu maaf ya,
kemungkinan besar hidung dan pipi mereka telah pernah berperang dengan hidung
dan pipi Tiara. Pernah saling serang – menyerang, saling tembak - menembak, dan
saling membombardir antara hidung dan pipi mereka. Padahal mereka bukan
suaminya, bukan juga ayahnya, atau mereka bukan mahromya kan? Itu tentu dosa
Hasan. He he he … Maaf ya ! Aku hanya canda tapi beneran lho. Jangan
tersinggung !” Jawab Romi sambil tersenyum.
Diam
– diam Hasan mengepalkan tangannya. Mengatupkan gigi gerahamnya. Ia geram. Ia
ingin segera menimpali untaian kalimat Romi yang memojokkan dirinya dan
merendahkan Tiara. Ia tidak terima Tiara
direndahkan. Karena ia sangat mencintai Tiara. Tetapi ia tidak punya alasan
yang cukup kuat untuk membantah Romi. Ia mengakui bahwa apa yang dikatakan Romi
itu memang benar. Dua anak manusia lain jenis yang saling menyukai dan menyendiri,
tanpa mahrom maka ketiganya adalah syetan. Maka apa saja bisa terjadi. Begitu
sabda Rosululloh saw.
“Aku
masih ingat petunjuk surat Al – Baqoroh ayat 221 yang artinya : Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” Sambung Romi.
“Sayang
sekali kecantikan wajah Tiara tidak dibungkus dengan pakaian yang islami. Aurotnya
dipamerkan untuk menarik para pemuda. Kalau
saja ia mau menghiasi wajahnya yang cantik dengan jilbab, dan membungkus badannya
yang ramping dengan pakaian islami maka sempurnalah kecantikannya. Bagaikan
bidadari dari syurga. Cantik, anggun dan mempesona. Maka ia sanggup menarik
suami dan anak – anaknya kesyurga. Kalau
Tiara seperti yang terakhir ini, mungkin juga aku tertarik untuk mendekatinya.
Bahkan mungkin aku akan berlomba dengan siapapun untuk mendapatkan cintanya.
Sehingga aku bisa berharap dia adalah bidadariku dalam rumah tanggaku. Dia bisa
menjadi tempatku mengadu dikala aku sedih. Dia menjadi penghibur dikala aku lelah.
Dia bisa menjadi hakim yang adil dikala aku bimbang. Dia bisa menjadi pendingin
ketika hatiku panas. Dia bisa menjadi pengendaliku ketika aku akan melaju
kejalur yang salah. Dia bisa menjadi
tempat menitipkan anak – anak dan diriku kapan saja dan dimana saja. Tapi kalau
hanya sekedar memamerkan kecantikannya dengan membuka aurotnya, aku tidak
sedikitpun tertarik kepadanya. Karena wanita semacam itu akan bisa juga
menyeretku dan calon anak – anakku kedalam jurang neraka. Bukankah kecantikan
lahir itu hanya sedalam kulit Hasan ? Kata guru bahsa Inggri “the beautiful is but
skin deep (kecantikan itu hanya sedalam kulit)” Ingatlah ayat 56 surat Al –
Ahzab yang artinya : Hai Nabi katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” Imbuh
Romi.
______________________________
Insyalloh bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!