Senin, 02 April 2012

KASIH TAK SAMPAI 2. PIPI HANCUR BERKEPING - KEPING (bag.11)


Tapi kalau hanya sekedar memamerkan kecantikannya dengan membuka aurotnya, aku tidak sedikitpun tertarik kepadanya. Karena wanita semacam itu akan bisa juga menyeretku dan calon anak – anakku kedalam jurang neraka. Bukankah kecantikan lahir itu hanya sedalam kulit Hasan ? Kata guru bahsa Inggri “the beautiful is but skin deep (kecantikan itu hanya sedalam kulit)” Ingatlah ayat 56 surat Al – Ahzab yang artinya : Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.Imbuh Romi.

Hasan jadi salah tingkah mendengarkan terjemahan ayat itu. Ia hanya menghirup nafas dalam – dalam sambil memainkan jemarinya.

“Ma’af Romi ! Kita bicara yang lain saja, agar pikiran kita kembali fresh. Tidak enak membicarakan Tiara terus. Dia kan tidak ada kaitan apa – apa dengan kita. Kita bisa juga terjatuh kedalam dosa. Karena telah ghibah terhadapnya.” Sela Hasan dengan suara terputus – putus.

Ketika mereka berdua masih ngobrol dipinggir jalan itu tiba – tiba dari arah barat ada motor Vario putih berhenti disebelah mereka. Pengendaranya berhelm teropong putih. Kaca helmnya berwarna hitam. Beberapa saat kemudian pengendara turun dari motor dan membuka helm teropongnya. Ternyata pengendara motor itu Si Cantik Tiara.   

Mereka berdua sedikit terkejut melihatnya. Hati Romi berdebar – debar tidak enak. Karena baru saja ia telah membicarakan Tiara dari sisi negatifnya dihadapan orang yang mencintainya. Ia menjadi tidak enak perasaan. Takut apa yang baru saja disampaikan kepada Hasan diketahui oleh Tiara.
“Mana tamunya Mas Hasan ?” Tanya Tiara.
“Ini. Kenalkan namnya Romi !”
Tiara tiba – tiba mendekat kearah Romi. Setelah berada dihadapan Romi, ia memandang sepintas kearah wajah Romi. Kemudian mengulurkan tangnnya untuk memperkenalkan dirinya kepada Romi tanpa rasa canggung sedikitpun.

“Kenalkan Tiara !” Tiara mengenalkan diri kepada Romi.

Romi memandang wajah Tiara sekilas saja. Ia sangat canggung untuk menyambut uluran tangan Tiara. Ia takut dosa. Karena ia memegang syari’at Islam dengan kuat. Berjabat tangan dengan orang lain jenis bukan mahrom itu berdosa. Tetapi mempermalukan orang dihadapan orang lain juga dosa. Maka dengan niat menjaga agar Tiara tidak malu, iapun menyambut uluran tangan Tiara. Tapi tampak tangan Romi bergetar. 

Begitu Romi mengulurkan tangannya Tiara langsung meraihnya dengan cepat. Ia menjabat tangan Romi dengan kuat. Ia menjabatnya bagaikan kawan akrab saja. Bahkan lebih pantas dikatakan Tiara menjabat tangan Romi bagaikan pacarnya saja. Ia menjabat tangan Romi erat – erat sambil meremas. 

Romi terkejut dalam jabat tangan itu. Kenapa Tiara tidak ada rasa segan sedikitpun terhadap dirinya. Padahal ia baru saja kenal. Ketika itu wajah Romi pucat pasi. Dihatinya terjadi perasaan yang tidak karu – karuan. Rasa dosa, rasa takut sama Hasan, dan rasa malu kepada Alloh. Semua perasaan itu  menjadi satu.
Dalam jabat tangan itu Romi tidak menyebutkan namanya. Ia tidak memperkenalkan diri. Ia hanya mengexpresikan rasa takut  diwajahnya. Keluar keringat dingin. Ia malu dan malu. Karena ia tidak pernah mengalami hal semacam itu.

Menyaksikan adegan jabat tangan itu Hasan cemburu. Hatinya gemuruh. Mulutnya ingin berteriak melerai. Tapi ia malu. Karena Romi adalah kawan akrabnya di pesantren. Ia tahu bahwa Romi sebenarnya tidak menghendaki hal itu terjadi. Ia baru sadar bahwa apa yang baru saja dikatakan Romi benar bahwa wanita yang tidak memahami Islam maka ia akan berbuat sesuka hatinya.

Hasan juga tidak bisa berbuat apa – apa terhadap Tiara. Walaupun ia selama ini sangat mencintai Tiara, tetapi antara dirinya dan Tiara belum ada ikatan apa – apa. 

“Ma’af Hasan ! Aku berangkat sekarang saja. Waktu merambat terus. Takut ketinggalan bis Indonesia jurusan Jakarta. Ma’af Tiara aku pulang sekarang juga!” Pinta Romi kepada Hasan dan Tiara.

“Kenapa buru – buru Mas Romi ? Pulang besok saja ! Nanti malam ada show akbar di Surabaya ini. Mumpung disini kita bisa malming (malam mingguan) bertiga nanti malam.” Cegah Tiara.


“Em … Ma’af mbak ! Aku takut terlambat. Ketinggalan bis Indonesia jurusan Jakarta.”

“He he he… Memangnya rumahnya Jakarta ?” Tanya Tiara.

“Rumahku Kecamatan Tambak Boyo Kabupaten Tuban. Tapi biasanya aku naik PO Indonesia. Bis itu tidak berhenti di terminal Tuban. Kalau bis – bis yang lain berhenti di terminal Tuban. Dengan naik bis Indonesia jurusan Jakarta cepat samapi di rumah.”

“Mau naik apa ke terminal Bungurasih ?”

“Itu, dari timur ada taxi. Aku akan naik taxi saja biar cepat.”

“Kita ngobrol sebentar lagi Mas Romi. Aku ingin kenal dengan mas Romi. Lain kali aku bisa main – main kerumah Mas Romi. Nanti ke terminal aku antar saja.  Lebih cepat dari pada taxi.” Tiara menawarkan diri.

“Tidak usah repot mengantar segala. Tidak usha kerumahku. Rumahku dikampung. Jalannya jelek. Berlumpur kalau musim penghujan semacam ini. Dan berdebu kalau musim kemarau. Aku takut sama abah dan ummiku. Terima kasih atas tawarannya. Tapi biarlah aku naik taxi saja. Sopir taxi juga butuh pemasukan. Aku tidak ingin merepotkan Mbak Tiara.” Jawab Romi sambil mengulurkan tangannya kearah tangan Hasan.
_______________________
Insyalloh bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!