Senin, 02 April 2012

KASIH TAK SAMPAI 2. PIPI HANCUR BERKEPING - KEPING (bag.8)



Sabtu tanggal 19 Desember 2009 cuaca berawan tebal di Kota Pahlawan Surabaya dan sekitarnya. Seakan hujan hampir tumpah dari langit. Walaupun jam masih menunjukkan pukul  satu siang gelapnya seperti jam enam sore.

Saat itu Romi baru saja keluar dari rumah Hasan, kawan pesantrennya. Ia mau balik ke pesantrennya  Sarang Rembang Jateng.

Romi berkunjung ke rumah Hasan  yang berada di Perumnas Waru Indah Sidoarjo itu sejak hari Jum’at tanggal 18 Desember 2009. Ia tidak tidur sehari semalam. Malam Sabtu ia ngobrol dengan kawan akrabnya itu sampai pagi. Setelah sarapan pagi ia diajak keliling kota Surabaya oleh Hasan. Pergi ke Pantai Wisata Kenjeran, ke bonbin (kebun binatang), dan ke tempat – tempat toko swalayan terkenal di Surabaya. Praktis ketika ia pulang hari Sabtu itu ia sangat lelah dan mengantuk. Matanya bagaikan dilem saja. Seakan tidak bisa dibuka.

“Kamu tampak loyo sekali siang ini, mengantuk pula. Bagaimana kalau pulang besuk saja?” Pinta Hasan kepada Romi.

“Memang, aku loyo sekali. Terlalu lelah mungkin. Dan mengantuk sekali. Tapi aku puas bisa menikmati keindahan alam pantai kenjeran dan bonbin. Aku harus pulang sekarang juga. Karena aku ada acara dirumah besuk pagi.” Jawab Romi.

“Kalau kamu tidak pulang sekarang, kamu akan ada kesempatan untuk berkenalan dengan seseorang yang mungkin akan sanggup mewarnai kehidupanmu. Dia juga akan sanggup mendampingimu mengarungi samudera rumah tanggamu. Yang penting dia akan sanggup menghiburmu setiap saat kamu susah. Sanggup mendampingimu berjalan dalam suka dan duka.”

“Maksdunya ?”

Mar’ah jamilah (wanita cantik).”

“Ooo … Aku belum ada kepikiran untuk zawwaj.  Setamat dari Sarang aku masih ingin bisa tholab di Al – Azhar, Kairo Mesir. Lagi pula usiaku masih terlalu muda untuk zawwaj.

“He he he… Tidak usah tholab disana kan tidak apa – apa kalau mendapatkan zaujah mar’ah jamilah wa sholihah (isteri yang cantik dan sholihah).”

“Aku malu sama abahku. Aku malu kalau aku tidak sanggup membuat pembaharuan di pesantren abahku. Kalau abahku sudah berhasil mendirikan pesantren, maka aku harus berhasil mengembangkan dan mengadakan pembaharuan.”

Tiba – tiba percakapan mereka terhenti karena dikejutkan oleh terbukanya pintu gerbang rumah yang berhadapan dengan rumah Hasan. Dari dalam pintu gerbang itu keluar seorang gadis cantik. Tubuhnya tinggi atletis. Kulitnya putih kekuningan. Rambutnya panjang sebahu dibiarkan terurai. Matanya sedikit sipit. Dihiasai dengan kaca mata berwarna putih. Hidungnya mancung. Dihiasi dengan tindikan kecil diujungnya. Diatas bibirnya yang tipis dihiasi dengan sebuah tahi lalat kecil. Gadis itu memakai celana krem di padu dengan kaos lengan pendek berwarna putih. Kakinya dilindungi dengan sepatu kulit warna hitam. Di lehernya terlilit kalung emas. Demikian juga dilengannya memakai gelang emas. Ia tampak sangat cantik dan anggun. 

Gadis itu menuntun motor Varionya nopol L 1881 C yang berwarna putih keluar pintu gerbang. Ia tidak langsung menghidupkan mesin. Ia memarkir motornya ditepi jalan. Lantas ia mendekati Hasan.

“Mau kemana mas ?” Tanya Tiara kepada Hasan.

“Mau ke terminal, mengantarkan tamu balik ke pesantren.” Jawab Hasan.

“Ouw… Memangnya ada tamu.  Sejak kapan tamu menginap dirumah mas Hasan ?”

“Sejak tadi malam.”
____________________________
Insyaalloh bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!