Selasa, 03 April 2012

KASIH TAK SAMPAI. 3. GADIS ANGKER SANG PENODONG (bag. 13)



Awan masih hitam dan tebal. Hujan masih deras. Hujan bagaikan air ditumpahkan dari ember saja. Lebat sekali.  Parit – parit penuh dan tumpah kejalan. Jalan – jalan banjir. 

Saat itu taxi yang membawa Romi menuju terminal Bungurasih berjalan lambat. Karena semua mobil berjalan lambat. Terhambat air yang menggenang di berbagai badan jalan.

Romi sedikit kesal. Karena taxi berjalan begitu lambat. Bahkan bisa dibilang taxi berjalan merangkak. Tampaknya roda – roda taxi sangat malas berputar. Semakin lama roda taxi kadang berputar kadang berhenti. 

Romi ingin segera sampai di terminal dan naik bis Indonesia jurusan Jakarta. Ia berharap bisa segera istirahat dan memejamkan mata di dalam bus. Bisa memanjakan badan duduk dan bersandar disofa bis. Bisa memanjakan pikiran dengan mimpi – mimpi indah. Sehingga badan bisa segera segar kembali.

Setelah sekian lama terjebak dalam kemacetan sampailah taxi di terminal. Saat itu Romi tertidur pulas. Maka sopir taxi membangunkannya.

“Mas… mas. Sudah sampai terminal mas.” Sopir membangunkan Romi.

“Astaghfirullohal ‘adhim. Alhdmulillah akhirnya sampai juga di terminal. Jam berapa pak sopir ?” Tanya Romi.

“Itu tengok, jam disebelah pintu !” Perintah pak sopir.  

“Ooo … jam setengah tiga. Sebentar lagi masuk waktu ashar. Kalau begitu aku turun di masjid terminal ini saja pak sopir. Aku menunggu masuk waktu sholat ashar sekalian. Akan lebih nikmat sholat ashar duluan sebelum naik bis pulang ke kampung halaman.”

“Memangnya mau pulang kemana mas ?” Tanya sopir taxi itu

“Pulang ke Tuban pak sopir.” Jawab Romi.

“Pulang ke Tuban ?”

“Betul pak sopir. Tuban Kecamatan Tambak Boyo. Ada apa ?”

“Tidak ada apa – apa. Tapi kenapa isterinya tidak diajak ?”

“Isteri yang mana ? Aku masih lajang. Masih nyantri di Pesantren Sarang Rembang pak sopir.”

“Lho wanita cantik yang berdiri disebelah mas tadi siapa ?”

“Aku tidak tahu siapa dia. Aku disana tadi bertamu di tempat kawanku yang sama – sama  nyantri di Sarang. Rumah kawanku berhadapan dengan rumah si cantik tersebut.”

“Ooo … Aku pikir dia isteri mas. Tapi dia sangat cantik lho. Kalau saja mas dapat wanita itu sangat cocok. Dia tinggi semampai, cantik dan perhatian banget. Sedangkan mas sendiri tinggi, tampan dan penyabar. Kalau jadi suami isteri wah sangat ideal banget. Dan sepertinya dia sangat perhatian sama mas.”

“He he he… Pak sopir ini ada – ada saja. Pak sopir baru tahu sepintas kan ?  Aneh banget. Bisa menilai orang secepat itu. Aku saja belum kenal kok. Kenalnya ya di jalan itu tadi.”

“Tapi kenapa wanita itu menitipkan mas kepadaku?”

“Ah jangan berlagak seperti mak jomblang pak sopir ! Tidak lucu.”
___________________________
Insyalloh bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!