Awan
masih hitam dan tebal. Hujan masih deras. Hujan bagaikan air ditumpahkan dari
ember saja. Lebat sekali. Parit – parit
penuh dan tumpah kejalan. Jalan – jalan banjir.
Saat
itu taxi yang membawa Romi menuju terminal Bungurasih berjalan lambat. Karena
semua mobil berjalan lambat. Terhambat air yang menggenang di berbagai badan jalan.
Romi
sedikit kesal. Karena taxi berjalan begitu lambat. Bahkan bisa dibilang taxi
berjalan merangkak. Tampaknya roda – roda taxi sangat malas berputar. Semakin
lama roda taxi kadang berputar kadang berhenti.
Romi
ingin segera sampai di terminal dan naik bis Indonesia jurusan Jakarta. Ia
berharap bisa segera istirahat dan memejamkan mata di dalam bus. Bisa
memanjakan badan duduk dan bersandar disofa bis. Bisa memanjakan pikiran dengan
mimpi – mimpi indah. Sehingga badan bisa segera segar kembali.
Setelah
sekian lama terjebak dalam kemacetan sampailah taxi di terminal. Saat itu Romi
tertidur pulas. Maka sopir taxi membangunkannya.
“Mas…
mas. Sudah sampai terminal mas.” Sopir membangunkan Romi.
“Astaghfirullohal
‘adhim. Alhdmulillah akhirnya sampai juga di terminal. Jam berapa pak sopir ?”
Tanya Romi.
“Itu
tengok, jam disebelah pintu !” Perintah pak sopir.
“Ooo
… jam setengah tiga. Sebentar lagi masuk waktu ashar. Kalau begitu aku turun di
masjid terminal ini saja pak sopir. Aku menunggu masuk waktu sholat ashar
sekalian. Akan lebih nikmat sholat ashar duluan sebelum naik bis pulang ke
kampung halaman.”
“Memangnya
mau pulang kemana mas ?” Tanya sopir taxi itu
“Pulang
ke Tuban pak sopir.” Jawab Romi.
“Pulang
ke Tuban ?”
“Betul
pak sopir. Tuban Kecamatan Tambak Boyo. Ada apa ?”
“Tidak
ada apa – apa. Tapi kenapa isterinya tidak diajak ?”
“Isteri
yang mana ? Aku masih lajang. Masih nyantri di Pesantren Sarang Rembang pak
sopir.”
“Lho
wanita cantik yang berdiri disebelah mas tadi siapa ?”
“Aku
tidak tahu siapa dia. Aku disana tadi bertamu di tempat kawanku yang sama – sama nyantri di Sarang. Rumah kawanku
berhadapan dengan rumah si cantik tersebut.”
“Ooo
… Aku pikir dia isteri mas. Tapi dia sangat cantik lho. Kalau saja mas dapat
wanita itu sangat cocok. Dia tinggi semampai, cantik dan perhatian banget.
Sedangkan mas sendiri tinggi, tampan dan penyabar. Kalau jadi suami isteri wah
sangat ideal banget. Dan sepertinya dia sangat perhatian sama mas.”
“He
he he… Pak sopir ini ada – ada saja. Pak sopir baru tahu sepintas kan ? Aneh banget. Bisa menilai orang secepat itu.
Aku saja belum kenal kok. Kenalnya ya di jalan itu tadi.”
“Tapi
kenapa wanita itu menitipkan mas kepadaku?”
“Ah
jangan berlagak seperti mak jomblang pak sopir ! Tidak lucu.”
___________________________
Insyalloh bersambung ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!