“Tidak
usah repot mengantar segala. Tidak usha kerumahku. Rumahku dikampung. Jalannya
jelek. Berlumpur kalau musim penghujan semacam ini. Dan berdebu kalau musim
kemarau. Aku takut sama abah dan ummiku. Terima kasih atas tawarannya. Tapi
biarlah aku naik taxi saja. Sopir taxi juga butuh pemasukan. Aku tidak ingin
merepotkan Mbak Tiara.” Jawab Romi sambil mengulurkan tangannya kearah tangan
Hasan.
Setelah
itu Romi memberhentikan taxi yang melaju dari arah timur. Sesaat kemudian taxi
berhenti. Setelah pintu taxi terbuka Romi segera masuk ke taxi dan mengucapkan
salam.
Pintu
taxi di tutup oleh Romi pelan – pelan sambil melambaikan tangan tanda
perpisahan. Kemudian taxi mulai berjalan menuju kebarat.
“Sebentar
…! Tunggu dulu…!” Teriak Tiara.
Taxi
berhenti sebentar. Tapi Tiara tidak mendekati taxi itu. Ia hanya mengeluarkan
HP dari sakunya. Ia hanya tampak memencet - mencet nomor HPnya saja. Maka tidak
lama kemudian taxi melaju kearah barat dengan kencang.
Tiara
menyambut lambaian tangan Romi dengan lambaian tangan pula. Dia mengantarkan
kenalan barunya, Romi hanya dengan lambaian tangan dan pandangan matanya. Dia
melambaikan tangan sampai taxi tidak tampak lagi. Ia baru sadar ketika Hasan
menegurnya.
Ketika
taxi sudah tidak tampak dari pandangan matanya Tiara merasa ada sesuatu yang
hilang. Sebagian hati Tiara terbawa oleh Romi. Angannya terbang melayang menuju
kesuatu tempat dimana Romi berada.
Perasaannya hampa, sehampa malam yang gelap gulita, sunyi dan sepi.
Hatinya galau.
Kesepian
Tiara disambut dengan hujan yang mulai turun. Pertama rintik – rintik. Lama –
lama hujan bagaikan air yang ditumpahkan. Hujan sangat deras. Sehingga tidak
lama kemudian air di parit – parit mengalir dengan kencang. Kemudian air parit
tumpah kejalan – jalan. Jadilah banjir.
_____________________________
Insyalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca lebih baik memberikan komentar......!!!